Monday, May 18, 2015

THIS IS NOT A REVIEW: Avengers: Age of Ultron

Starring:  - Chris Evans (Snowpiercer, Fantastic Four, Captain America) as Captain America/Steve Rogers
searah jarum jam: Quicksilver, Scarlet Witch,
Thor, Captain America, Iron Man, Hulk, 
Black Widow, Hawkeye, Nick Fury, dan _____ (nonton wes..)
- Robert Downey Jr. (Sherlock Holmes, Iron Man, The Judge) as Iron Man/Tony Stark
-          Chris Hemsworth (Thor, Snow White and the Huntsman, Rush) as Thor
-          Scarlett Johansson (Her, Under the Skin, Lucy) as Black Widow/Natasha Romanoff
-          Jeremy Renner (The Bourne Legacy, Mission Impossible: Ghost Protocol) as Hawkeye/Clint Barton
-          Mark Ruffalo (Begin Again, Now You See Me) as Hulk/Dr. Bruce Banner
-          Aaron Taylor Johnson (Kick-Ass, Godzilla) as Quicksilver/Pietro Maximoff
-          Elizabeth Olsen (Godzilla) as Scarlet Witch/Wanda Maximoff
-          James Spader as Ultraman Ultron
-          Samuel L. Jackson (Pulp Fiction, Kingsman: The Secret Service, Django Unchained) as Nick Fury
Budget: $ 279,9 juta
Box Office (per 17 Mei 2015): $ 1 milyar
Lama: 2 jam 21 menit
Genre: Superhero action
Rotten Tomatoes: 74%
FOR THE FIRST TIME IN FOREEVEEEER.. gue mereview film. Tenang para candu penggemar game, gue bakal ngereview game, mungkin setelah wara-wiri review yang satu ini. Setelah 3 tahun masa penantian akan film Avenger yang berikutnya, akhirnya Avengers yang selanjutnya keluar! Jelas, selama tiga tahun itu kita disuguhkan film-film tentang para Avenger pasca perang heboh yang terjadi di New York di Avengers yang pertama (Iron Man 3, Thor: The Dark World, Captain America: The Winter Soldier). Tapi ayolah, kita pasti ngidemin Captain America, Huluk Hulk, Setrikaan Iron Man, MoThor, dan kawan-kawan mejeng di layar lebar bareng-bareng lagi, kan! Belom lagi ada tokoh-tokoh tambahan lainnya yang bikin film-bikin-ngiler ini tambah bikin ngiler.
Bagaimanapun..
Film yang sukses menghasilkan sequel. Tapi apakah sequel selalu sukses? Bisa mengikuti kemantapan film yang mendahuluinya? Atau malah menjadi penurunan, karena para sineas hanya mengeksploitasi keinginan penonton akan sequel, sehingga modal muka gak modal badan?
Apakah Age of Ultron terjangkit penyakit berbahaya itu?

 Avengers Assemble!
Semua orang, oke bukan semua orang, tapi semua penggemar film superhero mengincar satu hal dalam film bejibun macam beginian. Chemistry. Maksudnya asik tidaknya interaksi antar superhero dalam film. Apakah enak, ringan, dan lucu untuk ditonton, atau canggung dan terkesan nggak niat  ketemu.

Dan film apalagi yang lebih cocok selain film dimana bisa ada Iron Man, Captain America, Thor, Hulk, Black Widow, dan Hawkeye secara bersamaan?

Menurut gue sendiri sih, chemistry itu selalu ada. Tapi apakah chemistry itu jelas, atau buram sehingga penonton jadi lebih pingin liat dialog daripada action, atau transparan sehingga penonton lebih pingin action daripada dialog.\

Masalah di sini bukan terletak pada chemistry, karena, untungnya, para actor berhasil membawa interaksi yang asik dari Avengers ke Avengers: Age of Ultron. Setiap percakapan asik untuk didengar diantara action-action yang berterbangan dalam film ini. Para Avengers yang galau menghadapi si perangkat lunak jahat Ultron mengeluarkan isi hati mereka (ngelantur ya?) dengan ekspresif dalam film ini. Terutama pembawaan Mark Ruffalo terhadap si Hulk Bruce Banner. Berbeda dengan kesan ‘troubled’ yang dibawakan Eric Bana di Hulk, atau kesan ‘desperate’ yang dibawakan Edward Norton di The Incredible Hulk. Disini Bruce Banner digambarkan sebagai ilmuwan ultra cerdas, yang untungnya sesuai dengan komiknya, punya otak encer dan terlihat sebagai salah satu anggota Avengers yang tercerdas bersama Tony Stark.

Trus, apakah itu saja peran Bruce Banner dalam film kedua ini?

Anehnya, dia punya hubungan, selain hubungan netral-netral-baik dengan anggota Avengers lainnya dan macam-dua-anak-paralel-SMA dengan Tony Stark. Cuman berdua yang ngerti lagi ngomongin apa. But wait! Ada satu lagi, dan jujur, gue kaget waktu liat beginian.

Hulk dan Black Widow.

Yep. Bukan typo diatas saudara-saudara, Hulk memang (untungnya belum menyatakan cinta) memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Black Widow daripada Avengers lainnya. Mungkin emang kentara sih, di Avengers pertama (ingat:  Black Widow merekrut Banner di India dan meloloskan diri dari amukan Hulk di Helicarrier). Bagaimanapun, tidak ada yang akan mengira akan dibawa lebih lanjut di Avengers yang selanjutnya! Termasuk gue.

Lucu ya, padahal sejak Winter Soldier, kita mengira Black Widow lebih kepada Captain America. Ato di Avengers yang pertama, lebih ke Hawkeye. Akhir-akhirnya, malah nyasar sama si Buto Ijio.

Ini fresh, harus gue akuin, tapi sayangnya, adalah chemistry yang paling canggung dalam film.

Where do I even begin?

Di Winter Soldier, kelihatannya Black Widow punya chemistry dengan Captain America (spoiler!). Belum lagi di The Avengers, Black Widow kentara banget punya hubungan yang special di masa lampau dengan Hawkeye. Tapi Huluk?

Mungkin tujuannya baik. Semacam menunjukkan bahwa Hulk sebagai lambang otot Avengers bertemu dengan Black Widow yang lambang lincah Avengers. Jelas dua-duanya gak ada miripnya sama sekali. Hulk yang andelannya adalah makin-dongkol-makin-keker dan anggota Avengers yang paling mengintimidasi secara fisik ketemu sama Black Widow yang paling kecil, superpower juga sebenernya gak punya, tapi dia sangat lincah. Versi simple kalo gk ngerti sama nyerocos di atas: Yin ketemu Yang. Malam bertemu Siang. Hitam bertemu Putih. 180 derajat bedanya.

Mungkin tujuannya buat mengagetkan penonton dan membuktikan bahwa Hulk sebenernya bisa punya hubungan dekat dengan seseorang (selain Betty Ross yang terlihat di Hulk dan The Incredible Hullk), yang mana tidak terganggu dengan alter ego raksasanya.

Gue gak bilang chemistry keduanya canggung secanggung-canggungnya semua chemistry Bella Swann dan Edward Cullen (maap fan Twilight, tapi saya yakin di novel mereka saling PDKT gak kayak gitu). Hanya saja, dibandingkan dengan chemisty antar Avenger lainnya yang fun(ny), smooth, dan natural, kelihatannya si Black Widow dan Hulk ini adalah screen combo yang tidak relevan. 


The Lion Rogue AI , The Witch, and the Wardrobe Fast Dude
There are no strings in me. -Ultron
Oke, jadi selain orang-orang yang terlalu familier dengan kita semua di The Avengers, ada tiga tokoh yang digembor-gemborkan oleh trailer-trailer Age of Ultron ini.

First adalah Ultron. Astaga, idiot satu ini aja namanya bisa ada di judul film. Jelas, dia punya peran yang terlalu kentara vitalnya dalam film: antagonis utama. Ultron, menurut film, sebenarnya adalah AI yang ditemukan dalam Infinity Stone yang terkubur dalam tongkat ajaib yang digunakan Loki di The Avengers. Ultron terjadi karena ngidenya Tony Stark, sebenernya. Stark merasa AI (sorry gue belum jelasin, yaitu Artificial Intelligence, semacam otak computer) dalam Infinity Stone dapat membantu Avengers dalam melaksanakan misi mereka menjaga keamanan dunia. 

AI ini kalo dimasukkin dalam Iron Legion (ya pasukkan robot punya Tony Stark)

But wait!
Ternyata ada yang lebih ngide lebih Tony Stark. Ya Ultron itu sendiri. Tony (dengan bantuan Bruce Banner) berhasil mengintregasikan (Bahasa terlalu tinggi disini, memasukkan aja lebih simple) Ultron ke dalam Iron Legion Tony Stark. Ternyata, Ultron sebenernya memang mau menjaga keamanan dunia. 

Dengan cara memusnahkan manusia dan menggantikan umat manusia dengan robot.

Dan Ulltron sebagai sebuah AI bisa bergerak dalam jaringan internet dunia, sehingga menghancurkan satu robot Ultron JELAS tidak akan mematikan Ultron, karena Ultron (patut diingat) bukanlah robot, tapi sebuah sistem. Semacam OS yang punya pikiran sendiri. Semacam sebuah jiwa digital. Sehingga Ultron selalu mampu mencari tubuh robotic baru untuk dimasuki dan dikuasai dengan cara merasuki sistemnya. Yang mana untungnya gak ada satupun Avengers yang berupa robot.

Dan lu kira, dengan kekerenan Ultron sebagai robot kandidat kuat dalam Who Wants to be the Millionaire Destroyer of the World, dia adalah robot dengan kepribadian dingin, bengis, dan kejam. Layaknya Darth Vader (ya ini bukan robot, tapi intinya sama lah), atau T-1000.

Ultron sebenernya adalah Tony Stark. Astaga, bukan berarti Tony Stark adalah penjahat yang selama ini mestinya Avengers bunuh, tapi Ultron adalah cermin gelap dari Tony Stark itu sendiri. Secara kebiasaan, Ultron sering melemparkan kata-kata mutiara yang penuh dengan sarkasme, tapi di sisi lain, mengintimidasi lawannya. Semacam merendahkan. Ultron tidak sepenuhnya kejam dalam artian yang cliché se-cliché-cliché-nya, karena dia kejahatan yang dia lakukan di layar lebar minimal tidak membuat dia sangat kaku. Lebih fleksibel, karena disertai dengan dialognya yang luwes. 
You seriously did not see that coming? -Quicksilver

Next is Pietro Maximoff, also known as Quicksilver. Versi simple dari si rambut putih ini: Flash versi Marvel, untuk menyaingi si Flash itu sendiri. Versi complicated dari si rese’ ini: kembaran dari Wanda Maximoff, si Scarlet Witch (kita kesono entar, sabar aja). Ya jelas dengan kecepatan macam begitua siapa yang gak nyangka kalo dia itu juga punya fast mouth, atau disebut dengan keresean-hingga-bikin-kita-pingin-bogem-muka-dia-tapi-gak-bisa-karena-kita-nyentuh-dia-aja-udah-setengah-mati. Pendapat gue, Quicksilver jarang menunjukkan kutub moralnya dalam film. Lebih sering berperan sebagai bodyguard Wanda, kembarannya.


Bagaimanapun, dibalik dialog Quicksilver yang tidak terhitung banyak dalam film, dia, seperti yang gue utarain di atas, rese’. Iya, dia dalam prinsip lebih banyak ngikutin si Wanda ini, tapi kalo udah di medan peperangan dalam layar lebar, Avengers mau nangkep dia udah kayak gue mau nangkep lalet. Astaga, kalo dilanjutin bisa gila sendiri. Terutama dengan quote yang mungkin secara tutur kata agak cliché tapi kalo dipikir-pikir lagi, ada unsur catchy-nya juga: “You seriously did not see that coming?” Ya gak lah *******, ****, lu kira gue Neo, yang peluru aja bisa dia liat?
He's fast, and she's weird. -Maria Hill

Dan bagaimana dengan si cewek yang jadi jubir merangkap Uya Kuya-nya si Kembar Maximoff, Wanda? 

Buat yang belum ngerti apa yang gue maksud dengan Uya Kuya, Scarlet Witch selain bisa menembakkan semacam-energi-berwarna-merah, dia bisa melakukan mengutak-atik pikiran lawannya. Gak mengendalikan secara langsung, tapi berguna juga, toh? Beda sih sama Uya Kuya, tapi sama-sama (?) mengandung unsur hypnosis.

Buat yang belum ngerti siapa Uya Kuya itu sebenernya, cek di SCTV. Kalo masih ada.

Yep, Scarlet Witch berperan sebagai sisi yang empuk dari kembar Maximoff, karena pertama, dia adalah kaum hawa, dan yang kedua, dia gak punya kekuatan fisik yang sesungguhnya. Ya ibaratnya nenek sihir kalo kita ilangin kekuatan sihirnya bisa apa?
Mungkin karena keempukannya ini, si Pietro itu sering melindungi dia dari berbagai ancaman. Gara-gara bond yang sangat kuat antara Pietro dan Wanda, keduanya kompak banget. Udah kayak tag team partner, atau pengendara sepeda tandem. Kalo perlu, buat tim superhero sendiri, terdiri atas dua orang. Scarlet Witch, menurut gue, lebih sering maju kalo udah melibatkan ngomong-ngomong, mewakili Pietro juga.

Lain dengan Quicksilver yang pede banget dengan hyperspeed yang dia milikin, Wanda, meskipun tidak ragu dengan kekuatannya, lebih tertutup. Kalo udah gak sama Quicksilver, dia kadang-kadang bisa terbebani, atau bahkan nervous, mungkin karena dia adalah target paling empuk dari kembar Maximoff. Kadang butuh jumpstart, seringnya dari Pietro sendiri.

Intinya, berdua ini udah saling melengkapi. Quicksilver lebih kearah fisik, sedangkan Wanda lebih kea rah strategi.

Bagaimanapun, kaget juga sama logat Eropa Timur yang mereka gunakan dalam film. Ayolah, Aaron Taylor Johnson dan Elizabeth Olsen jelas bukan orang Polandia, toh?

Things! Excitement! (as quoted from CinemaSins presents Captain America: The First Avenger)

Check out channel diatas! Sesuai dengan namanya, CinemaSins menganalisis sebuah film, adegan demi adegan, take demi take, dan menguraikan kesalahan dari sudut manapun,, baik logika maupun moral. Orang-orang ini sangat tajam, pedes, dan sadis dalam penilaian mereka sampean kritikan mereka bisa kedengeran lucu. Ayolah, film macam The Avengers dapet 100-an dosa dan film macam The Last Airbender (sebuah kekecewaan bagi penggemar A’ang) dapet 3 juta-an dosa.

Dann, ngapain gue endorse channel Youtube di sini?

Yah bagaimanapun, action jelas adalah salah satu unsur paling ngejreng di film superhero, terutama si Age of Ultron ini. Ya penonton gak bakal tau seberapa gege kekuatan superhero-nya kalo gak ditunjukin, kan? Dan ajang apa lagi buat nunjukin kekuatan superhero kalo bukan melalui adegan ACTION?

Kita bisa lihat dari trailer-trailer yang bertebaran di internet, adegan seru bakal membanjiri film ini. Quinjet Avenger berterbangan, Captain America lawan Ultron di atas truk pickup, para anggota Avengers gebuk-gebukan greget sama anak-anak robotnya Ultron, dan jelas yang paling kentara adalah Hulkbuster-nya Iron Man adu bogem sama Hulk. Lagian, Hulkbuster dibuat mahal-mahal kalo gak dipake mubazir, kan?

Faktanya, kita baru lima menit in-movie, itu udah adegan action. Para Avenger menyerbu kastil milik HYDRA di Sokovia, Eropa Timur, untuk melindas kekuatan HYDRA yang terpusat di sana dan mengambil Tongkat Loki yang ceritanya dicolong sama HYDRA sejak Captain America: Winter Soldier. Itu action, sebagai perwakilan dari banyaknya action rame-rame di film ini, menyatakan satu hal: nampaknya layar gak cukup buat nampung lagak-lagak para Avengers.

Percaya waktu gue bilang, gak semua anggota Avengers dapet waktu tampil yang cukup. Dikarenakan saking banyak dan saking ramenya mereka, mereka ngemis lama mejeng dalam film udah setara mereka ngemis sembako pas lagi krismon. Semacam berebutan gitu. Dan pada akhirnya kawanku, yang gak kebagian adegan adalah Avenger yang kurang terkenal macam Hawkeye dan Black Widow. Makanya peran mereka dalam film diperdalam. Black Widow dibikinin chemistry sama si Huluk, sedangkan Hawkeye rada didongkrak perannya dalam tim. Gak cuman jadi tukang lempar panah doang, tapi jadi anggota Avengers yang bisa diandalkan, dibalik ketiadaan kekuatan superhero yang dia miliki.

 Bagaimana dengan mereka-mereka yang selalu kebagian waktu mejeng dalam film? Thor, Hulk, Iron Man, dan Captain America? Lagi-lagi, Iron Man dipantengin lagi skill edannya, makin gege karena dalam Iron Man sendiri, Tony Stark menemukan lawan yang cocok dalam Ultron, sehingga edan menjadi UEDAN! Dia jadi macam fighter jet yang bisa ngomong dan bisa nonjok. Captain America ditunjukin lagi kekuatannya yang notabene diatas manusia rata-rata, tapi jelas dia bukan yang paling kuat dalam tim. Gara-gara begininan, adegan on-screennya lebih sering dipakai buat karismanya yang bisa memimpin Avengers dalam aksi di lapangan. Lain ceritanya dengan perisainya, jadi kita lebih sering liat atraksi pro Frisbee yang kita semua udah familier.

Hulk, si the madder the better, menurut saya, gak banyak perubahan drastis. Kita semua tahu kalo Hulk itu astaga kuatnya kalo kelewat dongkol. Berdasarkan pengetahuan dasar ini, film ini mengusahakan menaruh adegan Hulk marah di adegan action yang memiliki scope setting yang luas, seperti perkotaan, atau ya kastil HYDRA itu. Makin luas, makin mantep juga efek samping dari kekuatan Hulk ini. SFX nampaknya tidak mengecewakan, gue jadi melongo betapa what-the-hell-nya kehancuran yang disebabkan oleh Hulk. Thor tampaknya gak butuh banyak penjelasan. Gak banyak yang bisa dijelasin selain kekuatannya sebagai seorang dewa petir, palu DotA 2-nya, dan kekuatannya buat manggil listrik. Palu-nya lebih digarisbawahi di film ini, dan juga kekuatannya buat manggil petir. Guna banget, dua-duanya. Meskipun palu-nya lebih menarik untuk dilihat, karena digunakan bukan dalam adegan action doang.

[POTENTIAL SPOILER DETECTED! KEEP OFF IF U DON’T WANT ANY SPOILERS!]

Paling terakhir, sebelum masuk ke plus-minus, adalah finale dari film ini. Kita semua udah dibakar adrenalinnya selama film, dan ketika udah seepik-epiknya setting yang disuguhkan untuk finale dari film ini, apa yang kita dapat?

Semacam nge-chas batere hape yang bocor.

Yep, selama lajur film, kita udah disiapkan secara mental untuk epic finale yang dahsyat, yang bakal menunjukkan clash of the titans antara Avengers vs Ultron beserta robot-robotnya. Kayak nge-chas batere, yang waktu udah penuh, kita bakal abisin batere-nya sampe kita puas. Tapi bagaimana kalo udah sepenuh-penuhnya batere yang kita kucurkan ke hape, ternyata batere hape bocor?

Ya jelas cepet habisnya, sehingga kita gak puas, toh?

Begitulah finale dari Age of Ultron. Serasa cepet banget. Adegan yang kita udah tungguin, yaitu adegan epic fight antara Avengers dan robot-robot Ultron, malahan gak ada lima menit, mungkin. Abis itu robot-robot rasanya udah abis, para Avengers pencar buat ngamanin para penduduk kota tempat mereka tarung abis-abisan, trus ya udah, segitu tok.

Yang kita tunggu, adu kekuatan Avenger siapa aja kek (atau kalo perlu, semua Avenger sekalian) lawan Ultron, malahan lebih singkat lagi. Ya kalo kelamaan juga gak bagus, tapi apa salah (meskipun susah juga) dari memberikan final showdown yang singkat tapi padat? Ini rasanya Ultron setelah robot-robotnya dihancurkan, dia kayak udah gak niat tarung lagi. Ibarat kalo main Tekken, trus udah kalah satu round, ya itu stick dilempar dan lu langsung cabut dari tempat duduk pewe lu. Atau kalo main FIFA 15, trus udah 2-0 (lu yang 0), lu langsung gak niat main, malahan jadi 10-0 karena lu secara sengaja malahan gol bunuh diri sebanyak 8 kali. Soalnya, sekalian aja, toh?

Ahh, sayang sekali. Minimal menurut saya.     

[SPOILER ENDS HERE, SCROLL DOWN BELOW THIS TEXT IF AVOIDING SPOILERS]

NILAI: 85/100

(+)-Things! Excitement!
-            Good chemistry antar anggota Avengers kembali.
-            Adanya kompensasi buat anggota Avengers yang gak kebagian jatah adegan.
(-)-Black Widow and Hulk. Seriously?
    -  Epic finale is not epic. 

Conclusion: Yep, mungkin semacam kena penyakit sekuel-yang-tidak-memuaskan buat Age of Ultron, tapi gak separah sekuel-sekuel yang jelek seperti banyaknnya contoh lainnya. Banyak perkembangan dan kemajuan di sana-sini, tapi sedihnya, unsur-unsur yang penonton suka dari The Avengers malah, macam, *poof!* Hilang. Anyways, a great movie overall, but overshadowed by the first Avengers. 

P.S. Infinity War be nice please..

Until the next post, bungs!

SEE YA LATER SPACE COWBOY: Sebuah Update (lagi).

Hey, you. You're finally awake! You're trying to find a new post on this blog, right? Then found nothing, just like the rest of us ...