Starring: - Chris Evans (Snowpiercer, Fantastic Four,
Captain America) as Captain America/Steve Rogers
searah jarum jam: Quicksilver, Scarlet Witch,
Thor, Captain America, Iron Man, Hulk,
Black Widow, Hawkeye, Nick Fury, dan _____ (nonton wes..)
|
-
Chris Hemsworth (Thor, Snow White and the
Huntsman, Rush) as Thor
-
Scarlett Johansson (Her, Under the Skin, Lucy)
as Black Widow/Natasha Romanoff
-
Jeremy Renner (The Bourne Legacy, Mission
Impossible: Ghost Protocol) as Hawkeye/Clint Barton
-
Mark Ruffalo (Begin Again, Now You See Me) as
Hulk/Dr. Bruce Banner
-
Aaron Taylor Johnson (Kick-Ass, Godzilla) as
Quicksilver/Pietro Maximoff
-
Elizabeth Olsen (Godzilla) as Scarlet Witch/Wanda
Maximoff
-
James Spader as Ultraman Ultron
-
Samuel L. Jackson (Pulp Fiction, Kingsman: The
Secret Service, Django Unchained) as Nick Fury
Budget: $ 279,9 juta
Box Office (per 17 Mei 2015): $ 1
milyar
Lama: 2 jam 21 menit
Genre: Superhero action
Rotten Tomatoes: 74%
FOR THE FIRST TIME IN
FOREEVEEEER.. gue mereview film. Tenang para candu penggemar game, gue
bakal ngereview game, mungkin setelah wara-wiri review yang satu ini. Setelah
3 tahun masa penantian akan film Avenger yang berikutnya, akhirnya Avengers
yang selanjutnya keluar! Jelas, selama tiga tahun itu kita disuguhkan film-film
tentang para Avenger pasca perang heboh yang terjadi di New York di Avengers
yang pertama (Iron Man 3, Thor: The Dark World, Captain America: The Winter
Soldier). Tapi ayolah, kita pasti ngidemin Captain America, Huluk Hulk, Setrikaan
Iron Man, MoThor, dan kawan-kawan mejeng di layar lebar bareng-bareng
lagi, kan! Belom lagi ada tokoh-tokoh tambahan lainnya yang bikin
film-bikin-ngiler ini tambah bikin ngiler.
Bagaimanapun..
Film yang sukses menghasilkan
sequel. Tapi apakah sequel selalu sukses? Bisa mengikuti kemantapan film yang
mendahuluinya? Atau malah menjadi penurunan, karena para sineas hanya
mengeksploitasi keinginan penonton akan sequel, sehingga modal muka gak modal
badan?
Apakah Age of Ultron terjangkit
penyakit berbahaya itu?
Avengers
Assemble!
Semua orang, oke bukan semua
orang, tapi semua penggemar film superhero mengincar satu hal dalam film
bejibun macam beginian. Chemistry. Maksudnya asik tidaknya interaksi antar
superhero dalam film. Apakah enak, ringan, dan lucu untuk ditonton, atau
canggung dan terkesan nggak niat ketemu.
Dan film apalagi yang lebih cocok
selain film dimana bisa ada Iron Man, Captain America, Thor, Hulk, Black Widow,
dan Hawkeye secara bersamaan?
Menurut gue sendiri sih,
chemistry itu selalu ada. Tapi apakah chemistry itu jelas, atau buram sehingga
penonton jadi lebih pingin liat dialog daripada action, atau transparan
sehingga penonton lebih pingin action daripada dialog.\
Masalah di sini bukan terletak
pada chemistry, karena, untungnya, para actor berhasil membawa interaksi yang
asik dari Avengers ke Avengers: Age of Ultron. Setiap percakapan asik untuk
didengar diantara action-action yang berterbangan dalam film ini. Para Avengers
yang galau menghadapi si perangkat lunak jahat Ultron mengeluarkan isi hati
mereka (ngelantur ya?) dengan ekspresif dalam film ini. Terutama pembawaan Mark
Ruffalo terhadap si Hulk Bruce Banner. Berbeda dengan kesan ‘troubled’ yang
dibawakan Eric Bana di Hulk, atau kesan ‘desperate’ yang dibawakan Edward
Norton di The Incredible Hulk. Disini Bruce Banner digambarkan sebagai ilmuwan
ultra cerdas, yang untungnya sesuai dengan komiknya, punya otak encer dan
terlihat sebagai salah satu anggota Avengers yang tercerdas bersama Tony Stark.
Trus, apakah itu saja peran Bruce
Banner dalam film kedua ini?
Anehnya, dia punya hubungan,
selain hubungan netral-netral-baik dengan anggota Avengers lainnya dan
macam-dua-anak-paralel-SMA dengan Tony Stark. Cuman berdua yang ngerti lagi
ngomongin apa. But wait! Ada satu lagi, dan jujur, gue kaget waktu liat
beginian.
Hulk dan Black Widow.
Yep. Bukan typo diatas
saudara-saudara, Hulk memang (untungnya belum menyatakan cinta) memiliki
hubungan yang lebih dekat dengan Black Widow daripada Avengers lainnya. Mungkin
emang kentara sih, di Avengers pertama (ingat:
Black Widow merekrut Banner di India dan meloloskan diri dari amukan
Hulk di Helicarrier). Bagaimanapun, tidak ada yang akan mengira akan dibawa
lebih lanjut di Avengers yang selanjutnya! Termasuk gue.
Lucu ya, padahal sejak Winter
Soldier, kita mengira Black Widow lebih kepada Captain America. Ato di Avengers
yang pertama, lebih ke Hawkeye. Akhir-akhirnya, malah nyasar sama si Buto Ijio.
Ini fresh, harus gue akuin, tapi
sayangnya, adalah chemistry yang paling canggung dalam film.
Where do I even begin?
Di Winter Soldier, kelihatannya
Black Widow punya chemistry dengan Captain America (spoiler!). Belum lagi di
The Avengers, Black Widow kentara banget punya hubungan yang special di masa
lampau dengan Hawkeye. Tapi Huluk?
Mungkin tujuannya baik. Semacam
menunjukkan bahwa Hulk sebagai lambang otot Avengers bertemu dengan Black Widow
yang lambang lincah Avengers. Jelas dua-duanya gak ada miripnya sama sekali.
Hulk yang andelannya adalah makin-dongkol-makin-keker dan anggota Avengers yang
paling mengintimidasi secara fisik ketemu sama Black Widow yang paling kecil,
superpower juga sebenernya gak punya, tapi dia sangat lincah. Versi simple kalo
gk ngerti sama nyerocos di atas: Yin ketemu Yang. Malam bertemu Siang. Hitam
bertemu Putih. 180 derajat bedanya.
Mungkin tujuannya buat
mengagetkan penonton dan membuktikan bahwa Hulk sebenernya bisa punya hubungan
dekat dengan seseorang (selain Betty Ross yang terlihat di Hulk dan The
Incredible Hullk), yang mana tidak terganggu dengan alter ego raksasanya.
Gue gak bilang chemistry keduanya
canggung secanggung-canggungnya semua chemistry Bella Swann dan Edward Cullen
(maap fan Twilight, tapi saya yakin di novel mereka saling PDKT gak kayak
gitu). Hanya saja, dibandingkan dengan chemisty antar Avenger lainnya yang
fun(ny), smooth, dan natural, kelihatannya si Black Widow dan Hulk ini adalah
screen combo yang tidak relevan.
Bagaimanapun, dibalik dialog Quicksilver yang tidak terhitung banyak
dalam film, dia, seperti yang gue utarain di atas, rese’. Iya, dia dalam
prinsip lebih banyak ngikutin si Wanda ini, tapi kalo udah di medan peperangan
dalam layar lebar, Avengers mau nangkep dia udah kayak gue mau nangkep lalet.
Astaga, kalo dilanjutin bisa gila sendiri. Terutama dengan quote yang mungkin
secara tutur kata agak cliché tapi kalo dipikir-pikir lagi, ada unsur
catchy-nya juga: “You seriously did not see that coming?” Ya gak lah *******,
****, lu kira gue Neo, yang peluru aja bisa dia liat?
The Lion Rogue AI , The Witch, and the Wardrobe Fast Dude
There are no strings in me. -Ultron |
Oke, jadi selain orang-orang yang
terlalu familier dengan kita semua di The Avengers, ada tiga tokoh yang
digembor-gemborkan oleh trailer-trailer Age of Ultron ini.
First adalah Ultron. Astaga,
idiot satu ini aja namanya bisa ada di judul film. Jelas, dia punya peran yang
terlalu kentara vitalnya dalam film: antagonis utama. Ultron, menurut film,
sebenarnya adalah AI yang ditemukan dalam Infinity Stone yang terkubur dalam
tongkat ajaib yang digunakan Loki di The Avengers. Ultron terjadi karena
ngidenya Tony Stark, sebenernya. Stark merasa AI (sorry gue belum jelasin,
yaitu Artificial Intelligence, semacam otak computer) dalam Infinity Stone
dapat membantu Avengers dalam melaksanakan misi mereka menjaga keamanan dunia.
AI
ini kalo dimasukkin dalam Iron Legion (ya pasukkan robot punya Tony Stark)
But wait!
Ternyata ada yang lebih ngide
lebih Tony Stark. Ya Ultron itu sendiri. Tony (dengan bantuan Bruce Banner)
berhasil mengintregasikan (Bahasa terlalu tinggi disini, memasukkan aja lebih
simple) Ultron ke dalam Iron Legion Tony Stark. Ternyata, Ultron sebenernya
memang mau menjaga keamanan dunia.
Dengan cara memusnahkan manusia
dan menggantikan umat manusia dengan robot.
Dan Ulltron sebagai sebuah AI
bisa bergerak dalam jaringan internet dunia, sehingga menghancurkan satu robot
Ultron JELAS tidak akan mematikan Ultron, karena Ultron (patut diingat)
bukanlah robot, tapi sebuah sistem. Semacam OS yang punya pikiran sendiri.
Semacam sebuah jiwa digital. Sehingga Ultron selalu mampu mencari tubuh robotic
baru untuk dimasuki dan dikuasai dengan cara merasuki sistemnya. Yang mana
untungnya gak ada satupun Avengers yang berupa robot.
Dan lu kira, dengan kekerenan
Ultron sebagai robot kandidat kuat dalam Who Wants to be the Millionaire
Destroyer of the World, dia adalah robot dengan kepribadian dingin, bengis, dan
kejam. Layaknya Darth Vader (ya ini bukan robot, tapi intinya sama lah), atau
T-1000.
Ultron sebenernya adalah Tony
Stark. Astaga, bukan berarti Tony Stark adalah penjahat yang selama ini
mestinya Avengers bunuh, tapi Ultron adalah cermin gelap dari Tony Stark itu
sendiri. Secara kebiasaan, Ultron sering melemparkan kata-kata mutiara yang
penuh dengan sarkasme, tapi di sisi lain, mengintimidasi lawannya. Semacam merendahkan.
Ultron tidak sepenuhnya kejam dalam artian yang cliché se-cliché-cliché-nya,
karena dia kejahatan yang dia lakukan di layar lebar minimal tidak membuat dia
sangat kaku. Lebih fleksibel, karena disertai dengan dialognya yang luwes.
You seriously did not see that coming? -Quicksilver |
Next is Pietro Maximoff, also
known as Quicksilver. Versi simple dari si rambut putih ini: Flash versi
Marvel, untuk menyaingi si Flash itu sendiri. Versi complicated dari si rese’
ini: kembaran dari Wanda Maximoff, si Scarlet Witch (kita kesono entar, sabar
aja). Ya jelas dengan kecepatan macam begitua siapa yang gak nyangka kalo dia
itu juga punya fast mouth, atau disebut dengan
keresean-hingga-bikin-kita-pingin-bogem-muka-dia-tapi-gak-bisa-karena-kita-nyentuh-dia-aja-udah-setengah-mati.
Pendapat gue, Quicksilver jarang menunjukkan kutub moralnya dalam film. Lebih
sering berperan sebagai bodyguard Wanda, kembarannya.
He's fast, and she's weird. -Maria Hill |
Dan bagaimana dengan si cewek
yang jadi jubir merangkap Uya Kuya-nya si Kembar Maximoff, Wanda?
Buat yang belum ngerti apa yang
gue maksud dengan Uya Kuya, Scarlet Witch selain bisa menembakkan
semacam-energi-berwarna-merah, dia bisa melakukan mengutak-atik pikiran
lawannya. Gak mengendalikan secara langsung, tapi berguna juga, toh? Beda sih
sama Uya Kuya, tapi sama-sama (?) mengandung unsur hypnosis.
Buat yang belum ngerti siapa Uya
Kuya itu sebenernya, cek di SCTV. Kalo masih ada.
Yep, Scarlet Witch berperan
sebagai sisi yang empuk dari kembar Maximoff, karena pertama, dia adalah kaum
hawa, dan yang kedua, dia gak punya kekuatan fisik yang sesungguhnya. Ya
ibaratnya nenek sihir kalo kita ilangin kekuatan sihirnya bisa apa?
Mungkin karena keempukannya ini,
si Pietro itu sering melindungi dia dari berbagai ancaman. Gara-gara bond yang
sangat kuat antara Pietro dan Wanda, keduanya kompak banget. Udah kayak tag
team partner, atau pengendara sepeda tandem. Kalo perlu, buat tim superhero
sendiri, terdiri atas dua orang. Scarlet Witch, menurut gue, lebih sering maju
kalo udah melibatkan ngomong-ngomong, mewakili Pietro juga.
Lain dengan Quicksilver yang pede
banget dengan hyperspeed yang dia milikin, Wanda, meskipun tidak ragu dengan
kekuatannya, lebih tertutup. Kalo udah gak sama Quicksilver, dia kadang-kadang
bisa terbebani, atau bahkan nervous, mungkin karena dia adalah target paling
empuk dari kembar Maximoff. Kadang butuh jumpstart, seringnya dari Pietro
sendiri.
Intinya, berdua ini udah saling
melengkapi. Quicksilver lebih kearah fisik, sedangkan Wanda lebih kea rah
strategi.
Bagaimanapun, kaget juga sama
logat Eropa Timur yang mereka gunakan dalam film. Ayolah, Aaron Taylor Johnson
dan Elizabeth Olsen jelas bukan orang Polandia, toh?
Things!
Excitement! (as quoted from CinemaSins presents Captain America: The First
Avenger)
Check out channel diatas! Sesuai
dengan namanya, CinemaSins menganalisis sebuah film, adegan demi adegan, take
demi take, dan menguraikan kesalahan dari sudut manapun,, baik logika maupun
moral. Orang-orang ini sangat tajam, pedes, dan sadis dalam penilaian mereka
sampean kritikan mereka bisa kedengeran lucu. Ayolah, film macam The Avengers
dapet 100-an dosa dan film macam The Last Airbender (sebuah kekecewaan bagi
penggemar A’ang) dapet 3 juta-an dosa.
Dann, ngapain gue endorse channel
Youtube di sini?
Yah bagaimanapun, action jelas
adalah salah satu unsur paling ngejreng di film superhero, terutama si Age of
Ultron ini. Ya penonton gak bakal tau seberapa gege kekuatan superhero-nya kalo
gak ditunjukin, kan? Dan ajang apa lagi buat nunjukin kekuatan superhero kalo
bukan melalui adegan ACTION?
Kita bisa lihat dari
trailer-trailer yang bertebaran di internet, adegan seru bakal membanjiri film
ini. Quinjet Avenger berterbangan, Captain America lawan Ultron di atas truk pickup,
para anggota Avengers gebuk-gebukan greget sama anak-anak robotnya Ultron, dan
jelas yang paling kentara adalah Hulkbuster-nya Iron Man adu bogem sama Hulk.
Lagian, Hulkbuster dibuat mahal-mahal kalo gak dipake mubazir, kan?
Faktanya, kita baru lima menit
in-movie, itu udah adegan action. Para Avenger menyerbu kastil milik HYDRA di
Sokovia, Eropa Timur, untuk melindas kekuatan HYDRA yang terpusat di sana dan
mengambil Tongkat Loki yang ceritanya dicolong sama HYDRA sejak Captain
America: Winter Soldier. Itu action, sebagai perwakilan dari banyaknya action
rame-rame di film ini, menyatakan satu hal: nampaknya layar gak cukup buat
nampung lagak-lagak para Avengers.
Percaya waktu gue bilang, gak
semua anggota Avengers dapet waktu tampil yang cukup. Dikarenakan saking banyak
dan saking ramenya mereka, mereka ngemis lama mejeng dalam film udah setara
mereka ngemis sembako pas lagi krismon. Semacam berebutan gitu. Dan pada akhirnya
kawanku, yang gak kebagian adegan adalah Avenger yang kurang terkenal macam
Hawkeye dan Black Widow. Makanya peran mereka dalam film diperdalam. Black
Widow dibikinin chemistry sama si Huluk, sedangkan Hawkeye rada didongkrak
perannya dalam tim. Gak cuman jadi tukang lempar panah doang, tapi jadi anggota
Avengers yang bisa diandalkan, dibalik ketiadaan kekuatan superhero yang dia
miliki.
Bagaimana dengan mereka-mereka yang selalu
kebagian waktu mejeng dalam film? Thor, Hulk, Iron Man, dan Captain America?
Lagi-lagi, Iron Man dipantengin lagi skill edannya, makin gege karena dalam
Iron Man sendiri, Tony Stark menemukan lawan yang cocok dalam Ultron, sehingga
edan menjadi UEDAN! Dia jadi macam fighter jet yang bisa ngomong dan bisa
nonjok. Captain America ditunjukin lagi kekuatannya yang notabene diatas
manusia rata-rata, tapi jelas dia bukan yang paling kuat dalam tim. Gara-gara
begininan, adegan on-screennya lebih sering dipakai buat karismanya yang bisa
memimpin Avengers dalam aksi di lapangan. Lain ceritanya dengan perisainya,
jadi kita lebih sering liat atraksi pro Frisbee yang kita semua udah familier.
Hulk, si the madder the better,
menurut saya, gak banyak perubahan drastis. Kita semua tahu kalo Hulk itu
astaga kuatnya kalo kelewat dongkol. Berdasarkan pengetahuan dasar ini, film
ini mengusahakan menaruh adegan Hulk marah di adegan action yang memiliki scope
setting yang luas, seperti perkotaan, atau ya kastil HYDRA itu. Makin luas,
makin mantep juga efek samping dari kekuatan Hulk ini. SFX nampaknya tidak
mengecewakan, gue jadi melongo betapa what-the-hell-nya kehancuran yang
disebabkan oleh Hulk. Thor tampaknya gak butuh banyak penjelasan. Gak banyak
yang bisa dijelasin selain kekuatannya sebagai seorang dewa petir, palu DotA
2-nya, dan kekuatannya buat manggil listrik. Palu-nya lebih digarisbawahi di
film ini, dan juga kekuatannya buat manggil petir. Guna banget, dua-duanya.
Meskipun palu-nya lebih menarik untuk dilihat, karena digunakan bukan dalam
adegan action doang.
[POTENTIAL
SPOILER DETECTED! KEEP OFF IF U DON’T WANT ANY SPOILERS!]
Paling terakhir, sebelum masuk ke
plus-minus, adalah finale dari film ini. Kita semua udah dibakar adrenalinnya
selama film, dan ketika udah seepik-epiknya setting yang disuguhkan untuk
finale dari film ini, apa yang kita dapat?
Semacam nge-chas batere hape yang
bocor.
Yep, selama lajur film, kita udah
disiapkan secara mental untuk epic finale yang dahsyat, yang bakal menunjukkan
clash of the titans antara Avengers vs Ultron beserta robot-robotnya. Kayak
nge-chas batere, yang waktu udah penuh, kita bakal abisin batere-nya sampe kita
puas. Tapi bagaimana kalo udah sepenuh-penuhnya batere yang kita kucurkan ke
hape, ternyata batere hape bocor?
Ya jelas cepet habisnya, sehingga
kita gak puas, toh?
Begitulah finale dari Age of Ultron.
Serasa cepet banget. Adegan yang kita udah tungguin, yaitu adegan epic fight
antara Avengers dan robot-robot Ultron, malahan gak ada lima menit, mungkin.
Abis itu robot-robot rasanya udah abis, para Avengers pencar buat ngamanin para
penduduk kota tempat mereka tarung abis-abisan, trus ya udah, segitu tok.
Yang kita tunggu, adu kekuatan
Avenger siapa aja kek (atau kalo perlu, semua Avenger sekalian) lawan Ultron,
malahan lebih singkat lagi. Ya kalo kelamaan juga gak bagus, tapi apa salah
(meskipun susah juga) dari memberikan final showdown yang singkat tapi padat?
Ini rasanya Ultron setelah robot-robotnya dihancurkan, dia kayak udah gak niat
tarung lagi. Ibarat kalo main Tekken, trus udah kalah satu round, ya itu stick
dilempar dan lu langsung cabut dari tempat duduk pewe lu. Atau kalo main FIFA
15, trus udah 2-0 (lu yang 0), lu langsung gak niat main, malahan jadi 10-0
karena lu secara sengaja malahan gol bunuh diri sebanyak 8 kali. Soalnya,
sekalian aja, toh?
Ahh, sayang sekali. Minimal
menurut saya.
[SPOILER
ENDS HERE, SCROLL DOWN BELOW THIS TEXT IF AVOIDING SPOILERS]
NILAI: 85/100
NILAI: 85/100
(+)-Things! Excitement!
-
Good chemistry antar anggota Avengers kembali.
-
Adanya kompensasi buat anggota Avengers yang gak
kebagian jatah adegan.
(-)-Black Widow and Hulk. Seriously?
- Epic finale is not epic.
Conclusion: Yep, mungkin semacam kena penyakit
sekuel-yang-tidak-memuaskan buat Age of Ultron, tapi gak separah sekuel-sekuel
yang jelek seperti banyaknnya contoh lainnya. Banyak perkembangan dan kemajuan
di sana-sini, tapi sedihnya, unsur-unsur yang penonton suka dari The Avengers
malah, macam, *poof!* Hilang. Anyways, a great movie overall, but overshadowed by
the first Avengers.
P.S.
Infinity War be nice please..
Until
the next post, bungs!