Kita semua tahu game Open-World sebenernya, cuman ya, gatau istilah sesungguhnya adalah Open-World. Biasanya kita tahunya adalah GTA/CuRanMor/Grand Theft Auto. Yep, karena GTA itu sendiri adalah pelopor sesungguhnya dari genre game Open-World. Pihak pembuat game Rockstar ngide buat bikin sebuah dunia game yang memberikan kebebasan terhadap pemainnya untuk melakukan apa saja yang mereka suka, dibandingkan dengan mengikuti sebuah perintah atau objective tertentu. Dan herannya, "mencuri mobil dari orang lewat" atau "menembaki orang lewat" atau "ngajak berantem polisi lewat" terlihat seperti ide mereka tentang kebebasan. Seenggaknya, gue dan kebanyakan pemain GTA kayak gitu, kan? Atau mungkin ide mereka berbeda dengan yang gue utarain di atas, tapi kurang lebih begitulah.
Belakangan ini, mulai bertebaran game-game yang mengikuti pola serupa dengan Grand Theft Auto, bahkan ada aja yang sama persis, mungkin yang beda cuman judulnya. Intinya adalah, kebebasan terhadap pemain-pemainnya untuk melakukan eksplorasi dalam game, dibandingkan dengan mengikuti sebuah cerita linier yang ditemplokin ke jidat pemainnya. Kebanyakan dari game-game ini adalah jauh dari produk gagal, karena dengan ke-anti-mainstream-an dari sifat asli game-game ini, para pihak pembuat game bisa menuangkan semua ide kreatif mereka ke satu game dan memaksimalkan game tersebut sesuai dengan visi mereka.
Before we get started, anyways...
Biasanya channel-channel di YouTube memberikan Top 10, Top 20, Top 5, Top Angka-apapun-yang-penting-di-atas-1 (Watchmojo, rabbidluigi, JazReviews, ZoominTV Games) tentang sebuah kategori dalam gaming, misalnya top 10 FPS Games, Top 10 Games of 2014, dan bejibun lainnya. Kali ini gue (yang tadinya udah berencana naro Top 5) memberikan Top Tiers. Dibandingkan dengan 1 pilihan per entry, gue bisa memberikan lebih dari satu pilihan per entry. Konsekuensinya, entry-nya jadi lebih dikit. Dan dibandingkan dengan Top 10 biasanya dengan hashtag per entry (#10, #9, dst), gue bakal taro Tier. Bentuk Tier yang gue taro tergantung banyaknya entry yang ada.
Let's get started, shall we?
Lower Tier
Sebagai salah satu game terbaik dalam serial AC, Black Flag menawarkan eksplorasi yang lebih gila dibandingkan dengan game sebelumnya dan atmosphere yang lebih menarik sebagai seorang bajak laut. Edward Kenway sebagai Assassin yang kita mainkan kali ini, lebih enak dilihat, dipantengin, dan lebih asyik sebagai seorang tokoh utama dibandingkan dengan Connor, protagonis AC3. Naval combat yang sekedar 'ada' di AC3, dibikin ngejreng keberadaannya di Black Flag. Lebih rapi. pula. Gimana cara Edward bisa bertemu, bercengkerama, dan berlayar bersama dengan bajak laut paling terkenal di buku-buku sejarah (bila ada) macam Blackbeard, Bartholomew Diaz, Calico Jack, dan kaum-kaumnya. Seakan-akan kita, si Edward itu, bisa bercakap dengan para perampok paling ditakuti. Macam teman pula!
Yang gue sayangin adalah identitas subtlety (diem-diem) franchise AC yang makin terkikis dengan tema yang dibawakan game ini, meskipun unsur stealth masih ada. Stealthy approach masih digarisbawahi, tapi straight-on, direct, dan THIS IS SPARTAA!! approach tidak terasa konsekuensinya, seperti stealth game kebanyakan. I mean, come on, Pirates and Assassins just don't mix up. Dan senjata primer disini cuman ada 3 (dual swords, hidden blades, dan jotosan Edward), jadi variasi terasa berkurang. Lucunya, cerita Animus Desmond Miles masih dilanjutin disini. Cerita Animus sendiri adalah aspek cerita Assassin's Creed yang paling dibenci, dan seringnya melepaskan pemain dari kekerenan cerita Assassin's Creed yang sesungguhnya. Halah.
Iye-iye, gue tau dan sadar bahwa apa yang membuat Far Cry dipantengin adalah Far Cry 3, dengan Vaas yang jelas-jelas INSANE (padahal sering ngomongin tentang INSANITY, dasar), berburu ikan hiu, manah macan, bakar ladang ganja sambil denger dubstep, dst, dst, dst, tapi gue secara pribadi lebih suka Far Cry 4. Iya gue tau, Pagan Min (si setelan pink di atas) kelihatan kayak orang homo, tapi itu adalah salah satu aspek terbaik dia. Dibalik tampang-tampang lekong gituan, Pagan Min sebenernya gak kurang gilanya dari Vaas. Dan beda dengan Vaas yang terkesan barbar (iyalah, kaus kutang dan rambut mohawk menjelaskan semuanya), Min lebih likable karena dia sangat kalem, sangat bersahabat dengan Ajay Ghale (kita), dan sangat warm kita malah suka sama dia, dibandingkan dengan Vaas yang antara rese atau bikin bulu kuduk berdiri. As of the game itself, FC4 adalah FC3 yang dipoles dan dipermak. Lebih banyak senjata, side quest, lokasi, kendaraan, binatang buat diburu, dan fitur. Istilahnya, FC3 yang lebih lengkap. Ini yang gue suka. Nuansa lokal (Himalayas) juga kentel banget, kita bisa terbawa suasana dingin kejam nan indah dari Kyrat.
Masalahnya sama FC4 adalah story yang lebih lemah dari FC3. Sure, sure, Pagan Min adalah antagonis utama yang saingan sama Vaas, tapi dia malah jarang menampakkan diri. Yang ada, kita lebih sering bercengkerama dengan tokoh-tokoh di bawah Pagan Min yang tidak memuaskan. Dua tokoh utama lainnya, Amita dan Sabal, yang di atas kertas baik karena melawan Min, malahan jadi turun tingkat kesukaannya karena mendekati akhir cerita, mereka lebih mementingkan agenda politik mereka sendiri. Reggy dan Yogi, astaga, meskipun misi sakaw mereka asyik, tapi mereka berdua ini, setiap kali gue ketemu, gue selalu merenung, "Kenapa gue gak bisa bunuh mereka?" Mereka sangat-sangat rese, obnoxious, menyebalkan, sehingga kita jadi menghindari misi teler mereka bukan karena kita gak suka misinya, tapi semata-mata gak suka mereka ini. Belum lagi bawahan Pagan Min yang easy-come-easy-go. Mission string mereka cepet banget kelarnya. Belum kita mendalami karakter-karakter mereka, mereka tau-tau udah keok. Mati kek, diculik kek, bunuh diri kek. Pada akhirnya, tinggal satu tokoh yang masih enak didengerin, dan ternyata, dia adalah si homo setelan pink tadi. Dan dia jarang beredar dalam cerita.
Secara mengagetkan, salah satu GOTY (Game of the Year) 2011 dan salah satu game terbaik sepanjang sejarah nyasar ke lower tier gue. Kenapa gerangan? Padahal, tanpa mod sekalipun, Skyrim udah lewat diatas game bagus. Dunia yang sangat luas, explorasi yang gak membosankan, cerita yang imersif dan impresif, dan grafik yang mumpuni bahkan buat dunia seluas itu. Unsur RPG Skyrim juga sangat baik dieksekusi. Pemain diberikan kebebasan maksimum untuk melakukan levelling terhadap sebuah skill tertentu. Dan setiap element dari levelling sebuah skill sangat memengaruhi jalannya permainan dan seberapa jagonya char yang pemain buat di awal cerita. Unsur terbaik dalam game ini adalah kebebasan tingkat dewa yang diberikan. Dimana di Black Flag, kamu jadi bajak laut, atau di FC4, kamu lawan diktator homo, di Skyrim, gak ada yang peduliin kamu jadi apa. Jadi orang biasa dengan hidup normal tanpa bunuh-bunuhan dengan bandit, naga, atau monster? Bisa! Jadi pendekar penghajar naga sambil jadi suami yang baik terhadap si istri? Oh jelas bisa! Intinya disini yang gue suka, adalah dunia yang sangat luas, dengan potensi cara main yang lebih luas. Mikir aja sih, kapan lagi kamu bisa dapet side quest dengan cara baca buku doang?
Yah, inilah alasannya Skyrim kalah dengan 3 game terakhir. Pertama, secara scope luas, oke, Skyrim sangat bagus, bahkan mendekati kata sempurna. Tapi bagaimana dengan scope sempit? Mulai aja dari combat system. Combat system, menurut gue, terkesan kaku. Karena layout combat yang gitu-gitu aja, menurut gue, orang jarang pasang taktik kalo mau upfront combat ke musuh-musuh. Karena kalo pasang taktik, kadang-kadang gak ada gunanya. Menghindar hajaran yang paling efektif, dibandingkan dengan serong samping, adalah ngelak sambil mundur. Repot. Belum lagi gak ada system parrying. Blocking sih ada, tapi toh apa salahnya menambahkan unsur yang bikin combat system lebih mengalir dan enak dilihat? Ada juga masalah lain. Menurut gue, tanpa mod, meskipun dunia sangat luas, tapi kebanyakan memberikan color tone yang itu-itu aja. Jarang berwarna-warni atau memberikan kontras yang eye catching, sehingga kadang-kadang main seru-serunya, bisa bosen juga. Gara-gara warna latar yang kadang-kadang bikin berat mata. Inilah saat yang tepat dimana mod turun, ya nggak sih? Terakhir adalah pacing dari game. Ini sih tergantung preferensi aja, tapi Skyrim adalah game yang butuh kesabaran. Beda dengan open world kebanyakkan, action sebenernya gak terlalu sering ditemukan. Frekuensi kita tawur-tawuran dan bunuh-membunuh dengan musuh di Skyrim lebih rendah dibandingkan dengan GTA. Mungkin karena dunia yang sangat luas, sehingga gak semuanya harus melibatkan pembacokan. Lebih ke cerita sih, soalnya. Karena frekuensi action yang gak terlalu tinggi, Skyrim bisa jadi game yang membosankan buat gamer hardcore action. Belum lagi dengan warna latar yang kebanyakkan abu-abu. Bisa tidur malahan.
Higher Tier
Faktanya, GOTY 2011 kalah sama GOTY 2013. Mereka bilang GTA: San Andreas adalah GTA yang terbaik yang pernah keluar, dimaenin, dan digerogotin oleh cheat. Ya mungkin masih berlaku sampe sekarang, tapi minimal itu game punya saingan: GTA V. Banyak alasan juga, sih. Dimulai dari tokoh utama tiga biji yang dibawakan dengan mulus. Ketiga orang punya karakter yang sangat beragam, dan tidak hambar, meskipun akhirnya kita cuman inget satu, yaitu si SGM (Sinting-Gila-Miring) Trevor. Latar Los Santos (berdasarkan California Utara) juga sangat hidup dan sangat luas. Bagaimanapun, luasnya peta di game tidak memengaruhi tingkat kesenangan para pemain GTA V. Lingkungan yang terlihat realistis, detail yang mendalam, dan kegiatan yang bisa membuat pemain jadi terlena. Tentang misi-misi ceritanya, pacing GTA V lebih cepet dari GTA IV, dan menurut gue, cocok banget, mengingat orientasi GTA yang condong ke action. Misi, mau sesimpel apa kisah yang dibawakan, terasa asek dan asoy. Belum lagi misi Heists, atau misi perampokan. Rockstar membawakan fitur puncak GTA V dengan lajur yang baik pula. Intinya, pure fun.
Balik lagi ke issue paling ngejreng di GTA V, yaitu KONTROVERSI. Jelas, di GTA-GTA sebelumnya, bukan berarti kontroversi tidak beredar, anggeplah yang paling mengagetkan adalah Hot Coffee dari GTA: San Andreas. Gak tau? Ya carilah di Google, Youtube, dan kolega-koleganya. Atau yang lumayan juga, tepat sebelum GTA V, yaitu GTA: Chinatown Wars, yang mana kita bisa jadi BANDAR NARKOBA! Tapi untungnya, Chinatown Wars tidak hanya berlandaskan pada kita sebagai seorang bandar. Disini, kawan-kawanku sekalian, GTA V punya bukan cuman satu adegan kontroversial, tapi mungkin SEPANJANG CERITA GTA V orang bisa menemukan sisi kontroversial. Paling nonjol? Carilah misi GTA V dengan judul By the Book. In the end, kontroversi tidak menghentikan orang membeli game ini, ya nggak sih? Kontroversi macam beginian yang bikin orang penasaran, dan kemudian, membuat sebuah game menjadi sensasional. Orang pingin tahu, gimana caranya sebuah game bisa nyaingin Syahrini dalam hal sensasi. Dalam hal ini, GTA V, dikenal sebagai salah satu game terbaik serial GTA, juga dikenal sebagai yang paling menarik kontroversi.
Hohoho, dan lu kira gue gak ngeliat jeleknya game ini? Gue jujur aja, GTA V, meskipun misinya menarik, tapi cerita yang dibawakan sebenernya biasa aja. Secara struktur, misi emang menarik, tapi dibalik dar-der-dor yang seru itu, ceritanya simpel. Yeah, yeah, dialog dan directing dari cerita GTA V memang menarik, tapi premise yang ditawarkan gak seasyik misi-misinya. Belum lagi graphics yang ditawarkan. Sure, sure, GTA V memang realistis secara detail, tapi secara grafis, realistis itu terletak pada game macam Battlefield 4, The Order: 1886, dan The Witcher 3: Wild Hunt. GTA V, ya meskipun bagus untuk ukuran in-game world sebesar itu, aslinya untuk ukuran Current Gen Console Game termutakhir, cuman terletak di above average. Bahkan, GTA IV di beberapa aspek terlihat lebih realistis dibandingkan dengan GTA V.
Salah satu game favorit gue, Just Cause 2 adalah wujud sesungguhnya dari game tembak-tembakan versi gila-gilaan. Meskipun latar yang dibawakan bertemakan modern dibandingkan futuristic atau sci-fi, banyak hal yang jelas gak bisa dilakukan di dunia modern di-showcase di Just Cause. Third Person Shooter action yang seru, Grappling Hook gameplay yang jauh di atas menyenangkan, SFX yang jelas gak tanggung-tanggung, dan in-game world yang saingan gedenya sama Skyrim. Lalu apa yang membuat Skyrim berada di bawah Just Cause 2, mantan GTA clone (jelas sekarang gak lagi, berkat adanya Grappling Hook dan Parachute itu) ini? Mulai aja dari pembawaan in-game world masing-masing. Skyrim, sedalem-dalemnya game itu, warna yang dibawakan cenderung one-tone, sehingga cenderung pula ke gak eye-catching. Just Cause 2, di sisi lain, berwarna-warni. Latar Just Cause 2, Panau, tidak hanya besar, tapi juga bervariasi. Meskipun Panau didominasi oleh perhutanan, ada juga padang gurun, pegunungan, dan perkotaan. Hal ini membuat Just Cause yang dari sononya terlihat indah malah menyentuh menakjubkan. Istilahnya, Just Cause 2 menyenangkan tidak dalam bidang action doang, tapi Panau-nya Just Cause 2 itu sendiri adalah pemuasan yang tidak tersaingi di game lain.
Grappling Hook dan Parachute juga mengubah cara main Just Cause 2, dan ini juga membedakan Just Cause 2 dari game Open World lainnya. Yang mana game action macam GTA dan Saints Row menggarisbawahi action yang mengutamakan accuracy dan power, Just Cause 2 lebih mengutamakan maneuverability. Grappling Hook ultra-bagus buat ngehindar dan ngelawan, sedangkan Parachute bagus buat nge-cover jarak jauh. Dengan dua combo ini dipakai secara efektif, Rico Rodriguez (begitulah jeneng tokoh utamanya) nyaris tidak bisa disentuh. Belum lagi kalo si doi kayak monyet, loncat sana loncat sini terjun sana terjun sini. Stunts yang diperlihatkan di Just Cause 2 juga mengagumkan, dan karena terkesan ngayal, itulah yang bikin stunts di Just Cause 2 gege. Pokoknya, kalo udah ngajak berantem militer Panau, di saat itulah mulai keseruan sesungguhnya dari Just Cause 2. Just remember not to die!
Alasan Just Cause 2 gak seterkenal Saints Row atau GTA adalah hal-hal kecil yang terkadang terbilang agak mengganggu. Mulai aja dari si Rico yang secara keseluruhan game, pake baju itu-itu terus. Keren sih keren iya, tapi orang kan bisa bosen juga. NO CUSTOMIZATION. Upgrade juga sebatas senjata, kendaraan, dan armor doang. Dan harus gue akuin, nyetir di Just Cause 2 asyik kecuali nyetir yang sesungguhnya. Yep, nyetir mobil. Mobil rada susah dikendaliin. Entah gimana ceritanya, mobil sekali sundul bisa langsung melayang, salto, guling-guling, dan akhirnya meledak. Menyeramkan, memang. Soal cerita game yang dangkal, isu Just Cause 2 yang digembor-gemborkan, rasanya wajar. Jelas para pemain Just Cause 2 main, kan, bukan buat ceritanya! Drama, emosi, dan plot twist yang berlebihan dalam Just Cause 2 menurut gue bakal melonggarkan keasyikan dalam Just Cause 2. Emang, sekali-kali, para pemain butuh sesuatu yang nyata untuk dilakukan (baca: misi) biar gak semua action tidak terarah dan berantakkan. Tapi pada akhirnya, setelah semua misi selesai, kembali lagi ke akarnya: Pure Chaos.
Terakhir adalah Saints Row 2. Mungkin Saints Row 4 adalah game paling dikenal dari serial Saints Row (mungkin), tapi Saints Row 2 adalah game dari serial Open-World ini yang mebuatnya dibanding-bandingkan dengan GTA. Bahkan, ada yang mengatakan, SR 2 lebih bagus dari GTA 4. Mungkin gue salah satunya. Alasannya juga cukup solid, sih. Sebelum SR bener-bener gila dan mulai di luar masuk akal di SR 3, SR 2 sebenernya udah menunjukkan sinyalir tersebut. Ada aja unsur kegilaan dalam game ini, meskipun gak sebanding dengan SR 3. Character creation yang dalem (bahkan suara tokoh utama kita bisa kita ubah), customization option yang ultra-sinting, dan overall action gameplay yang baik. Customization, gak kayak di GTA, bisa nyampe ke pergelangan tangan, kalung, topi, dan sepatu sampe ke kaos kakinya. Baju? Bisa sampe tiga lapis, dan tiga lapis baju pun bisa kita kreasikan juga. Intinya, murni ada di tangan kita untuk membuat gangsta jalanan sesuai dengan yang kita mau. Stillwater (latar tempat SR 2) juga memejeng banyak side mission untuk dilakukan, dan Story dari SR 2 juga terbilang memuaskan. Gang Warfare di SR 2 terlihat nyata dan kita bener-bener ngerasa sebagai kepalanya geng Saints dibandingkan jadi jongos doang. Penokohan semua tokoh dalam game terbilang hidup, bahkan si tokoh utama The Boss (no real name, actually) juga terbilang memiliki kepribadian yang nyata, gak hambar kayak tokoh utama game kebanyakkan sekarang.
See, perbedaan mendasar SR 2 dan GTA 4 adalah tingkat keseriusan lu main masing-masing game. Dimana GTA IV lu bakal lebih sering serius, mantengin dan merhatiin cerita, di SR 2... yah, emang ada cerita dan cerita dari SR 2 juga gak murahan, tapi SR 2 lebih ke arah main-main. Side mission yang tercecer di map Stillwater kebanyakan bertujuan buat lucu-lucuan dan ngayal-ngayalan. Mulai dari jadi pengendara ATV berapi sampe jadi polisi yang menegakkan hukum dengan cara membunuh orang yang melanggar hukum. Sambil di-shoot cameramen. Tema, dialog, dan alur dari SR 2 kadang-kadang bisa serius, tapi selain kadang-kadang itu, kita lebih sering terkikik. Emang, ini semua jauh di bawah SR 3 dan SR 4 (yang mana berdua ini ngayalnya udah mendekati tidak masuk di akal manusia), tapi SR 2 sebenernya lebih berorientasi ke fun daripada GTA 4. Bahkan di saat serius pun, SR 2 masih bisa membawakan gaya gameplay yang menarik.
Mungkin, masalah terletak cuman di visual. Maklum juga sih, grafik tahun 2008, tapi bahkan untuk saat itu aja, sebenernya grafik SR 2 terletak di batasan "biasa-biasa aja". Tarohlah grafiknya di setting-an LOW, maka rasanya kayak lagi maen PS2, atau mungkin adeknya, PS1. Character model dari game juga sebenernya gak terlalu bagus, karena pertama-tama, jelas gak mirip sama manusia. Belum lagi dunia game yang rawan kena bugs and glitches. Seringnya sih, di kasus gue, nyetir mobil, nyungsep ke pinggir jalan, dan nyangkut. That said, SR 2 mereka bilang ada game SR terakhir yang paling mirip sama franchise GTA. Tapi, SR 2 sebenernya juga gak se-copas itu sama GTA. SR 2 menurut gue adalah game dimana disinyalir transisi franchise SR dari cerita serius, in-game world realistis, dan tema yang masuk akal ke, well... SR yang membuang semua kewarasan dan bener-bener memisahkan diri dari kerealistisan GTA. Hal yang bagus, meskipun banyak orang yang menentang kebijakan ini. Tetep aja, SR 2 masih game serial SR yang terbaik, tapi emang udah saatnya franchise SR berhenti mengekor GTA dan mulai mencari identitas sesungguhnya: Pure Craziness.
That said, ini adalah 6 game open-world kesukaan gue. Ini adalah list Top Tiers pertama gue, dan gue pastiin shortlist Top Tiers selanjutnya bakal ada peningkatan.
Until the next post, bungs! :D