Starring: -Tom Cruise (MI-MI sebelumnya, Edge of Tomorrow, Oblivion, Top Gun) as Ethan Hunt
- Rebecca Ferguson (Hercules) as Ilsa Faust
- Simon Pegg (Shaun of the Dead, Hot Fuzz, The World's End) as Benji Gunn
- Ving Rhames (Pulp Fiction, Dawn of the Dead) as Luther Stickell
- Jeremy Renner (The Bourne Legacy, The Avengers, Hurt Locker) as William Brandt
- Alec Baldwin (The Departed, Madagascar 2) as Alan Hunley
Budget: $ 150 juta
Box Office (per 14 Agustus 2015): $ 303,1 juta
Lama: 2 jam 11 menit
Genre: Action Spy
Rotten Tomatoes: 92%
US Release: 31 Juli 2015
Pertama: Brian de Palma. Kedua: John Woo. Ketiga: J.J. Abrams. Keempat: Brad Bird. Dan sekarang adalah yang KELIMA, diarahkan oleh sineas Chris McQuarrie. Mantepnya, setiap film (mengingat sineas yang berbeda-beda), memiliki arah yang berbeda pula. Yang paling gue inget adalah MI2, dengan pengarahan John Woo (bagi yang belum tau, dia ini adalah suhu-nya film tembak-tembakan Hong Kong) membawakan film dengan action yang bertumpuk-tumpuk, sinematografi yang nikmat, tapi cerita yang lembek.
Sekarang udah nyampe yang kelima. Angka lima, menurut pengalaman gue, merupakan titik puncak bagi beberapa franchise hiburan. CuRanMor GTA dan The Elder Scrolls, dua-duanya mencapai puncak franchise game mereka masing-masing dengan GTA V dan The Elder Scrolls V: Skyrim.
nggeplah duo
nggeplah duo
Untuk beberapa franchise lainnya, seri ke-5 merupakan titik balik. Liat aja Resident Evil 5, Fast Five, dan Mortal Kombat 5 : Deadly Alliance (secara kronologis, dia adalah game kelima dari serial Mortal Kombat). Resident Evil 5 adalah perubahan orientasi gameplay Resident Evil. Gara-gara si 5 ini, Resident Evil mulai bergeser dari Survival-Horror ke Action-Survival-Horror. Gak seserem dulu lah, intinya.
Fast Five? Sebelumnya, Si FF ini lebih ke arah Street Racing. Abisnya si Fast Five (dan abisnya kehadiran si Dwayne 'The Batu' Johnson), FF mulai ke arah vehicular action yang gak cuman keliatan di adegan-adegan balapan liar doang. Mana ada balapan liar sambil nyeret brangkas besi?
Trus gimana dengan Mortal Kombat: Deadly Alliance? Sebelum si Deadly Alliance ini, Midway Studios pembuat Mortal Kombat (secara tolol dan secara tidak disengaja) sedang membumihanguskan franchise Mortal Kombat. Ada MK: Special Forces (singkat cerita, action-adventure gagal), film MK: Annihilation (lebih singkat lagi, sekuel film gagal), dan MK Mythologies: Sub-Zero (sama kayak MK: Special Forces). Setelah vakum beberapa tahun, akhirnya keluarlah MK: Deadly Alliance, dan franchise MK pun balik ke jalan yang (agak) bener, sebelum akhirnya balik ke bener-bener bener di MK 9 (2011).
Trus gimana dengan MI yang udah mencapai seri ke-5 ini? Apakah serial ini udah karatan, sehingga serial kelimanya udah gak asik lagi? Atau apakah seri ke-5 ini menjadi puncak tertinggi dari MI, setelah bukit dan lembah yang mereka telah lalui?
Jack Reacher: Rogue Nation?
Ehh, bagi yang gak kenal Chris McQuarrie, dia ini sineas dibalik film Jack Reacher, yang dibintangi Ethan Hunt Thom Cruz Tom Cruise. Film yang lumayan mantep kalo lu tanya gue, karena cerita yang ditempuh tokoh utama Jack Reacher halus dan enak diikutin, dengan menyajikan crime-thriller yang brilian diselingi dengan adegan action yang memadai. In short, Jack Reacher lebih ke arah pinter daripada seru. Dan siapa pemain terbaik dari film itu? Ya si Tom Cruise itu.
Kita semua tahu bahwa serial MI adalah serial action. Hell, bahkan kata 'action' tertera di genre film ini. Semua film sebelum MI: RN memiliki unsur action yang sangat kental. Tapi, rasanya, RN menyajikan suasana yang berbeda.
Perbedaan ini berinti pada Chris McQuarrie.
Jack Reacher adalah film thriller yang disutradarai Chris McQuarrie. Mengingat bagusnya tema dan aura thriller yang dibawakan dalam film tersebut (menurut gue), maka gue bisa bilang kalo si Chris ini ahli dalam bidang thriller.
Dan rupanya, dia membawakan kesan dan aura thriller dari Jack Reacher ke film terbaru dari serial MI ini. Kita semua ngerasain suspense tingkat dewa pas Tom Cruise manjatin Burj Khalifa di MI: Ghost Protocol, atau pas Tom Cruise sempet-sempetnya mati (dan disetrum sampe hidup) di MI 3. Suspense. Ketegangan. Itulah yang sebenernya bikin action dari MI tidak membosankan apalagi basi. Karena entah kenapa, semua sineas yang mengarahkan film-film MI membawakan suspense yang sangat clever, sehingga penonton (termasuk gue) gak bosen.
So, what do we got on the newest entry?
Let's just say it's much more smarter and a lot less louder.
Sure, sure, kita dapet beberapa adegan menegangkan (bahkan di mulainya film aja udah dapet adegan tegang) di film ini. Ada Tom Cruise yang beneran (inget, beneran) gelantungan di pesawat yang lepas landas, ada Tom Cruise nyebur ke dalam pipa air raksasa berisikan air bertekanan tinggi, ada adegan kejer-kejeran pake motor modifan.
Lucunya, sebenernya banyak adegan action dalam film ini. Tapi mengingat Chris McQuarrie, adegan action yang kita dapetin bukan tipe-tipe action gak masuk akal dan yang biasanya bikin kita melongo sambil mikir, "GILEEEE!!" Palingan unsur over the top dalam film ini cuman satu biji. Selebihnya, adalah action sequences yang sangat relatable dan simple, meskipun jauh dari kata membosankan. Semuanya jalan gara-gara acting yang ultra-meyakinkan dari Tom Cruise. Mikir sendiri sih, dia hadir di kebanyakan adegan action di film ini.
What I'm trying to say, is that action melingkupi setengah dari film ini, gak kayak film sebelumnya yang biasa mencapai 3/4. Dan bagaimana dengan setengah lainnya? Anggep aja conspiracy-thriller yang muncul secara sepercik-percik di MI sebelumnya, tapi belum pernah segembol kayak sekarang.
Alkisah, IMF (bukan International Monetary Fund, sayangnya) menugaskan Ethan Hunt untuk memburu sebuah organisasi kejahatan multinasional bernama The Syndicate (terlihat secara implisit di ending MI:GP). The Syndicate ini (ceritanya) hampir tidak tersentuh, dan dilihatnya, bertujuan untuk menumbangkan dan merusak hubungan diplomatis Amerika dengan negara-negara sekutunya. Sayangnya (lagi), CIA selaku atasan IMF tidak percaya akan keberadaan The Syndicate, dan malahan menuduh Ethan melakukan kegiatan-kegiatan anarkis dengan alasan mencari The Syndicate. Ethan yang tahu soal beginian akhirnya melakukan penyelidikan di luar jangkauan IMF dan secara gak langsung-- CIA.
Gue bilang sih, conspiracy-thriller yang menghiasi cerita MI:RN is not a bad idea. Ini plot dilengkapi dengan dialog yang kuat, acting yang lebih kuat lagi, dan twist-twist yang bikin, "JREEEENG!!"
But it's not like it's good either.
See, pendapat gue, thriller yang disajikan di film ini is a good one. It truly is. Tapi ada saatnya plot yang dipakai di film ini menjadi rumit, sehingga secara gak sengaja mensabot unsur spy-thriller yang dibawakan oleh film ini. Kadang-kadang plot jadi terlalu belibet sehingga ngikutnya bingung dan akhirnya bosen juga.
MI:GP sayangnya, membawakan plot lebih baik, dimana plot tidak memberikan kerumitan yang gak perlu, tapi masih brilian karena plot mengandalkan suspense dibandingkan conspiracy yang convulted/ribet. Twist-twist yang terdapat di GP saya bilang simpel-simpel, tapi you just can't go wrong with the classics.
Jack Reacher: Rogue Nation?
Jack Reacher, film garapan Chris McQuarrie lainnya. |
Kita semua tahu bahwa serial MI adalah serial action. Hell, bahkan kata 'action' tertera di genre film ini. Semua film sebelum MI: RN memiliki unsur action yang sangat kental. Tapi, rasanya, RN menyajikan suasana yang berbeda.
Perbedaan ini berinti pada Chris McQuarrie.
Jack Reacher adalah film thriller yang disutradarai Chris McQuarrie. Mengingat bagusnya tema dan aura thriller yang dibawakan dalam film tersebut (menurut gue), maka gue bisa bilang kalo si Chris ini ahli dalam bidang thriller.
Dan rupanya, dia membawakan kesan dan aura thriller dari Jack Reacher ke film terbaru dari serial MI ini. Kita semua ngerasain suspense tingkat dewa pas Tom Cruise manjatin Burj Khalifa di MI: Ghost Protocol, atau pas Tom Cruise sempet-sempetnya mati (dan disetrum sampe hidup) di MI 3. Suspense. Ketegangan. Itulah yang sebenernya bikin action dari MI tidak membosankan apalagi basi. Karena entah kenapa, semua sineas yang mengarahkan film-film MI membawakan suspense yang sangat clever, sehingga penonton (termasuk gue) gak bosen.
Seperti biasa, Tom Cruise sukses membawakan peranan Ethan Hunt. |
Let's just say it's much more smarter and a lot less louder.
Sure, sure, kita dapet beberapa adegan menegangkan (bahkan di mulainya film aja udah dapet adegan tegang) di film ini. Ada Tom Cruise yang beneran (inget, beneran) gelantungan di pesawat yang lepas landas, ada Tom Cruise nyebur ke dalam pipa air raksasa berisikan air bertekanan tinggi, ada adegan kejer-kejeran pake motor modifan.
Lucunya, sebenernya banyak adegan action dalam film ini. Tapi mengingat Chris McQuarrie, adegan action yang kita dapetin bukan tipe-tipe action gak masuk akal dan yang biasanya bikin kita melongo sambil mikir, "GILEEEE!!" Palingan unsur over the top dalam film ini cuman satu biji. Selebihnya, adalah action sequences yang sangat relatable dan simple, meskipun jauh dari kata membosankan. Semuanya jalan gara-gara acting yang ultra-meyakinkan dari Tom Cruise. Mikir sendiri sih, dia hadir di kebanyakan adegan action di film ini.
What I'm trying to say, is that action melingkupi setengah dari film ini, gak kayak film sebelumnya yang biasa mencapai 3/4. Dan bagaimana dengan setengah lainnya? Anggep aja conspiracy-thriller yang muncul secara sepercik-percik di MI sebelumnya, tapi belum pernah segembol kayak sekarang.
Alkisah, IMF (bukan International Monetary Fund, sayangnya) menugaskan Ethan Hunt untuk memburu sebuah organisasi kejahatan multinasional bernama The Syndicate (terlihat secara implisit di ending MI:GP). The Syndicate ini (ceritanya) hampir tidak tersentuh, dan dilihatnya, bertujuan untuk menumbangkan dan merusak hubungan diplomatis Amerika dengan negara-negara sekutunya. Sayangnya (lagi), CIA selaku atasan IMF tidak percaya akan keberadaan The Syndicate, dan malahan menuduh Ethan melakukan kegiatan-kegiatan anarkis dengan alasan mencari The Syndicate. Ethan yang tahu soal beginian akhirnya melakukan penyelidikan di luar jangkauan IMF dan secara gak langsung-- CIA.
No SFX. No Double. No Fake. |
But it's not like it's good either.
See, pendapat gue, thriller yang disajikan di film ini is a good one. It truly is. Tapi ada saatnya plot yang dipakai di film ini menjadi rumit, sehingga secara gak sengaja mensabot unsur spy-thriller yang dibawakan oleh film ini. Kadang-kadang plot jadi terlalu belibet sehingga ngikutnya bingung dan akhirnya bosen juga.
MI:GP sayangnya, membawakan plot lebih baik, dimana plot tidak memberikan kerumitan yang gak perlu, tapi masih brilian karena plot mengandalkan suspense dibandingkan conspiracy yang convulted/ribet. Twist-twist yang terdapat di GP saya bilang simpel-simpel, tapi you just can't go wrong with the classics.
Go Rogue Vogue with Ilsa Faust
So, selain Tom Cruise sebagai Ethan Hunt (selama 5 film dan 10 tahun lebih, gak bosen-bosen juga, ya?), kita punya kumpulan (gak se-truk) karakter-karakter, baik, ehm, baik maupun jahat untuk menemani Ethan Hunt dalam petualangannya yang terbaru ini.
Kita punya tokoh-tokoh lama, seperti Benji Gunn (Simon Pegg), hacker merangkap temen deket Hunt, Luther Stickell (VingNasi Rhames), teknisi lapangan merangkap partner-in-crime Hunt di semua film MI, dan William Brandt (Jeremy Renner), yang menemani Hunt sejak MI:GP.
Yang baru, jelas lebih dari satu.
Yang mencolok, sayangnya, cuman satu.
Yah, jadi selain tokoh-tokoh diatas dan satu tokoh yang bakal gue bahas bentar lagi, tokoh-tokoh lain emang diperankan dengan baik. Sayangnya, seperti yang gue bilang, gak ada yang mencolok. Para antagonis menyentuh daerah cliche, dan tokoh-tokoh lainnya cuman berguna sebagai sekedar pelengkap atau pendamping para tokoh utama di layar.
Semua, kecuali satu.
Ilsa Faust, yang diperankan oleh Rebecca Ferguson.
So, selain Tom Cruise sebagai Ethan Hunt (selama 5 film dan 10 tahun lebih, gak bosen-bosen juga, ya?), kita punya kumpulan (gak se-truk) karakter-karakter, baik, ehm, baik maupun jahat untuk menemani Ethan Hunt dalam petualangannya yang terbaru ini.
Kita punya tokoh-tokoh lama, seperti Benji Gunn (Simon Pegg), hacker merangkap temen deket Hunt, Luther Stickell (Ving
Yang baru, jelas lebih dari satu.
Yang mencolok, sayangnya, cuman satu.
Yah, jadi selain tokoh-tokoh diatas dan satu tokoh yang bakal gue bahas bentar lagi, tokoh-tokoh lain emang diperankan dengan baik. Sayangnya, seperti yang gue bilang, gak ada yang mencolok. Para antagonis menyentuh daerah cliche, dan tokoh-tokoh lainnya cuman berguna sebagai sekedar pelengkap atau pendamping para tokoh utama di layar.
Semua, kecuali satu.
Ilsa Faust, yang diperankan oleh Rebecca Ferguson.
We're only fighting for the right side because that's what we chose to believe. -Ilsa Faust |
Sekarang, kita disuguhkan Ilsa Faust, undercover MI6 agent yang menyusup ke dalam The Syndicate. Selama film, Ilsa kerap kali melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan pihak Ethan Hunt dan pihak The Syndicate. Sekali waktu dia berpihak sama Hunt, lalu selanjutnya dia berlawanan dengan Hunt. Mungkin biar gak ketahuan kalo dia sebenernya bukan di pihak The Syndicate. Anyways, cara Rebecca Ferguson (bukan dari Inggris apalagi Amerika, yee) membawakan dua keberpihakan dalam satu orang yang sama patut diacungi jempol. Kesannya, dia dingin di sisi The Syndicate dan desperate di sisi MI6, tidak memiliki pilihan banyak selain menjatuhkan The Syndicate, karena betapa bahayanya misi undercover ini.
Seperti halnya heroine-heroine di spy movie kebanyakkan, Ilsa sangat proficient dalam berbagai bidang kemata-mataan. Tembak-tembakkan, pukul-pukulan, bunuh-bunuhan, standard spy skills. Namun, hal yang menarik adalah Ilsa kelihatan gak sempurna sebagai seorang spy, meskipun keliatan banget jagonya. Sure, sure cewek-cewek spy lain juga kena jotos sekali-dua kali, tapi seperti yang gue utarain di atas, Ilsa juga memiliki kelemahan secara emosional.
Kalo mau cantik, nih Black Widow. |
Dari sisi tampang, memang Ilsa gak semantep cewek-cewek setingkatnya (Scarlet Johansson as Black Widow, wew), tapi pendapat gue, memang itu maksud dari film ini. Ilsa diperankan bukan dalam konteks yang terlalu seksi, tapi gak juga terlalu jelek. Dia adalah heroine yang realistis. Mungkin kita dapet sekali-dua kali scene mantep dia, tapi selebihnya, dia gak terlalu mencolok. Realistic, right?
[THIS SECTION BELOW CONTAINS SPOILERS. YOU HAVE BEEN WARNED.]
Is It ACTUALLY Impossible?
Mengapa judulnya Mission Impossible?
Lebih tepatnya, Mission: Impossible?
Selama empat film lebih, Ethan Hunt dihadapkan kepada misi yang kurang asem, mungkin cuman dia kali yang nekat ngelakuin.
Dan selama proses berjalannya misi-misi ini, kita para penonton cuman bisa melongo ngeliatin bagaimana Hunt, yang masih masuk kodrat manusia, menghadapi misi-misi yang gak bisa dijalanin sama manusia. Dari mengejar mantan agen IMF yang membelot (yang mana bawahannya menyusup sebagai bawahan Hunt sendiri) sampai mengejar senjata nuklir liar tanpa bantuan macam apapun dari IMF. Keliatannya gampang, kan?
Keliatan gampang? Simpel? Coba sendiri dah.. |
Tebak apa yang bikin misi mereka kelihatan impossible?
Ya para antagonis ini.
Mau kita benci, atau diem-diem ngefans, para penjahat inilah yang sebenernya membentuk franchise MI. Ya pinternya para penjahat ini akhirnya berakar pada pinternya para pihak screenwriter, cinematographer, dan tentunya director dan masing-masing film sih, tapi yang kita lihat sejauh ini kan penjahatnya.
Such is the case of The Syndicate.
Let there be peace on earth. -Kurt Hendricks |
Balik lagi ke sejarah franchise MI, franchise film ini punya kebiasaan memberikan antagonis yang unfair. Mau sehebat-hebatnya Ethan Hunt dkk, para antagonis ini pasti kelihatannya jauh lebih hebat, jauh lebih modal, dan terpenting, jauh lebih banyak anggotanya. Kesannya jadi impossible, kan?
Liat aja Jim Phelps (konon, adalah protagonis serial TV MI), antagonis MI pertama. Dia punya anak buah ternyata adalah anak buah Ethan Hunt sendiri, jadi otomatis, dia selalu tahu kemana Hunt akan melangkah, mengingat dia udah punya sarana memata-matai Hunt. Atau Sean Ambrose, antagonis MI 2, yang adalah mantan agen IMF yang udah hafal cara kerja Hunt. Paling mantep adalah antagonis MI:GP Kurt Hendricks, karena dia ini udah jelas modal banget, padahal si Hunt ini lagi apes, IMF lagi ditutup oleh pemerintah jadi dia gak bisa dapet bantuan dalam bentuk apapun.
Balik lagi ke The Syndicate, apakah mereka berhasil menyajikan mission yang impossible buat Ethan Hunt and the gang?
Ehh, yes...
And no.
BTW, yang meledak di belakang itu helikopter. Jadi si Hunt ini loncat dari helikopter yang meledak ke kereta superspeed yang masih jalan. |
Tapi no berasal dari bagian yang paling menentukan seberapa impossible The Syndicate ini sebenernya: The Climax. Atau The Final Standoff. Atau The Ultimate Showdown. Atau The Last Straw. Intinya, konfrontasi puncak antara Ethan Hunt dan The Syndicate. Now how the hell someone screwed that up?
Balik lagi ke sejarah MI (astaga, bosen juga), klimaks dengan para antagonis sangat sedap dan memuaskan. Di MI, baku hantam di atas kereta api superspeed sambil ditembakin helikopter. Di MI 2, kejer-kejeran motor, banyak ledakan, bum-bum-bum, trus adu bogem abis-abisan di pantai. Di MI:GP (maap, gue gak terlalu merhatiin MI 3), berusaha mematikan nuklir liar yang sedang meluncur ke USA, padahal tombol yang bisa matiin rusak.
Sampe ke franchise ke-5, rasanya pihak production house udah ngerti, ya caranya membuat klimaks film MI yang bener-bener klimaks. Atau mungkin Chris McQuarrie berusaha menyajikan sesuatu yang berbeda?
Karena, ending MI:RN, not that good.
Ini Solomon Lane. |
Bagian mengalahkan Lane mungkin yang bermasalah di sini.
Sepanjang jalannya film, Lane digambarkan sebagai sosok yang dingin, penuh perhitungan, dan jago. Jadi wajarlah, kalo misalnya Lane berhadapan dengan Hunt enak dilihat?
Mau secliche-clichenya Lane, dia masih antagonis yang, yah, lulus KKM, meskipun gak melampaui.
Setelah negosiasi, Ilsa dan Hunt melumpuhkan beberapa anak buah Lane, sementara Benji melarikan diri. Ilsa dan Hunt pencar dan menjauh dari Lane. Ilsa tarung dan bunuh tangan kanan Lane (yang lucunya, lebih tegang dari Hunt vs Lane). Hunt dikejer Lane (yang lebih lucunya lagi, memutuskan untuk mengejar Hunt sendirian). Lane keliatannya udah mau ngedapetin Hunt, tapi ternyata si Hunt ini mengumpan Lane ke sebuah kotak kaca, dan membuatnya terperangkap di dalam. Setelah Lane terperangkap, Hunt mengisi kotak tersebut dengan gas yang membuat Hunt pingsan di awal film.
Singkat cerita, poetic justice. Hunt mengalahkan Lane dengan cara yang sama Lane menangkap Hunt di awal film.
Di satu sisi, gue nganggep ini adalah ending yang smart, karena mengandung unsur simbolik perihal bagaimana Hunt menjatuhkan Lane.
Di sisi lain, NGAPAIN??!!
Mungkin orang bakal ngebelain bagaimana kecerdikan Hunt dalam menggertak Lane, mengelabui Lane, dan secara implisit mengalahkan Lane dalam permainannya sendiri. Gue mungkin ngeliat dari sisi yang berbeda dari orang-orang waras ini, tapi then again, gue gak selalu waras.
Selama film, RN memiliki nuansa pintar, penuh intrik, penuh konspirasi, dan kalem. Dialog dalam film lebih banyak. Film banyak menggunakan twist-twist dalam cerita. Adegan-adegan Hunt yang gak melibatkan action melibatkan cara Hunt berpikir dalam menghadapi masalah. Dalam arti lain, lebih banyak otak daripada otot disini.
Mengingat kita (terutama gue) yang udah banyak dipusingkan dengan banyaknya plot elements yang bertumpuk-tumpuk, rumit, dan bejibun , rasanya membuat ending yang gak action-oriented gak bisa dibilang memuaskan. Udah capek kali, dibikin mikir terus. Ilsa malahan kedapetan bagian yang lebih baik dari ending film ini. Dia minimal dapet fight scene yang menegangkan.
At least make Ethan Hunt punch Solomon Lane!
Lane terlalu cepet kalah, itu masalah dari klimaks dari film ini.
[SPOILERS END HERE.]
(+) - Action scene di film ini masih bagus.
- Ilsa Faust sebagai heroine film ini sangat realistis dan relatable tanpa harus membosankan.
- Tokoh utama (Hunt, Gunn, Brandt, dan Stickell) masih mantep.
(-) - Tokoh selain tokoh utama membosankan.
- Twist-twist dalam plot gak sebagus Ghost Protocol punya.
- De Ending. Sheesh.
NILAI: 80/100
AKHIR kata, RN mungkin gak sebagus GP dalams segi cerita dan pembawaannya, tapi masih ada unsur RN yang gak boleh dilewatin, seperti action yang selalu baru dan selalu menegangkan. Perihal orientasi film yang lebih ke thriller dibandingkan action, gak berarti hal yang jelek, cuman salah pacing bikin film ini gak seenak GP.
Until the next post, bungs! :D