MOMO SEKARANG OTAKU?!
dan
WHAT!?
ONE-PUNCH MAN ADA DUA?!
mungkin tergolong sebagai pertanyaan lo pada ketika ngeliat judul yang gue pajang di atas.
Mungkin ada baiknya kalo gue langsung melakukan klarifikasi kali, ya.
Yep, gue nonton One-Punch Man.
Yep, gue suka anime tersebut.
But nop, gue bukan otaku.
Simpel aja.
Kalo gue otaku, gue bisa jawab semua pertanyaan yang lo kasih ke gue perihal anime. Semua. Lo bisa tanya gue dari A-Z trus balik lagi ke A tentang anime, mulai dari anime yang lebih mainstream kek Naruto dan One Piece sampe yang kekubur di internet kek-- nah kan, gue gak tau.
Kalo gue otaku, gue bakalan sering-sering ke cosplay convention. Bukan cuman itu doang, gue bakalan ikut ngosplay bareng mereka-mereka yang pake wig warna-warni lah, pake baju-baju, ehm, unik lah, sampe bawa-bawa pedang-pedangan yang terbuat dari styrofoam.
Kalo gue otaku, gue (isi sendiri).
Sayangnya, gue gak memenuhi semua kriteria yang terpampang di atas.
Ayolah, One-Punch Man adalah anime pertama yang gue bener-bener ikutin! Itu aja gak pake baca manga aslinya!
Okelah, aslinya gue ngikutin Attack on Titan sebelom gue mulai tertarik sama One-Punch Man. Itupun aja gue gak tau cerita full-nya selama satu musim anime tersebut, cuman dari seperempat cerita sampe abis. Minus manga-nya juga. Belom lagi spin-off serial tersebut kek Before the Fall lah, High School lah, dan apapun lagi cerita tambahannya.
Intinya, gue udah gak terlalu hype lagi sama Attack On Titan. Mungkin gue seneng terhadap kabar kalo season ke-dua dari anime-nya bakal tayang tahun ini, tapi gue juga gak terlalu kaget kalo mendadak mundur setahun lagi, kek tahun-tahun sebelumnya.
But this.
This one is different.
And why is that?
Firstly, konflik yang anti-mainstream. Kita semua udah terbiasa dengan formula yang selalu ada di setiap anime: si tokoh utama awalnya gak terlalu jago, bahkan terkesan cupu, jadi tokoh yang super-imba seiring berjalannya cerita. Selalu jadi underdog. Kuda item lah, istilahnya. Otomatis, konflik yang dihadapi oleh si protagonis biasanya berputar antara menghadapi musuh-musuh yang lebih kuat atau perjuangan dia untuk melawan semua ekspektasi rendah yang terplaster di jidat tokoh utama tersebut.
But not Saitama.
Dari judul anime tersebut, kita semua udah tau kalo Saitama adalah superhero dengan satu kekuatan pamungkas.
Satu tinju yang lebih dari cukup buat meluluhlantakkan musuhnya.
Better yet, kekuatan tersebut udah dia dapetin dari episode satu. Yep, sejak episode ter-pertama dari season 1 anime tersebut, kita udah disuguhkan betapa anjrit-nya kekuatan yang dipegang oleh Saitama.
Abaikan .gif ini. Kalo bisa. |
Trus, dengan semua kekuatan yang dia punya yang mampu ngeratain semua lawannya, Saitama mestinya gak punya konflik, ya nggak sih? Secara, gak ada musuh yang bisa menjadi sebuah "masalah" bagi dia.
Ya nggak, sih?
Ini dia mantepnya ke-anti-mainstream-an serial ini.
Konflik gak dateng dari musuh Saitama, emang.
TAPI DARI SEMUA SUDUT LAINNYA.
Paling relatable adalah dari Saitama sendiri.
See, gegara semua musuh dia langsung kelar dalam sekali jotos, lama-kelamaan dia jadi bosen. Kegampangan lah, istilahnya. Mau sehebat, sekeker, dan sebongsor apapun lawan-lawan dia, mau sekeren apapun build-up yang dimiliki oleh villain lawan Saitama, ending perseteruan mereka selalu sama. Yep, one-hit kill. Imbasnya, Saitama gak pernah dapet thrill adu jotos yang sesungguhnya. Gak ada lawan yang sepadan, katanya.
Trus, dengan kekuatan se-gendeng itu, apakah Saitama dapet respek yang ultra-sepadan dari peer dia?
Ini dia konflik kedua.
Jelas susah banget dipercaya kan, kalo ada orang yang bisa menghabisi sebuah monster ganas yang udah ngeratain satu kota dalam SATU TONJOKAN? Maksudnya, gue aja kadang susah percaya.
Muka kek telor idup gini gimana ya... |
Begitupun dengan superhero-superhero lain yang punya kerjaan kek Saitama.
Mungkin ada beberapa tokoh superhero yang, untungnya, ngakuin kekuatan kelas holy shit Saitama, tapi selebihnya skeptis tingkat tulen. Like I said, susah dipercaya juga. Ditambah lagi dengan tampang Saitama yang bego-o-meter-nya cuman bisa disaingin sama Crayon Sinchan, hampir semua tokoh superhero meremehkan Saitama.
Actually, much like protagonis standar anime kebanyakan, Saitama pun diremehin juga.
Bedanya, Saitama sebenernya berada di posisi yang jauh lebih tinggi dari para apatis ini.
Lo pada tunggu aja, sampe si Saitama ngasih lo "pukulan normal"-nya, GUE YAKIN LO PADA BAKAL NARIK KATA-KATA LO, DASAR--
ehm.
Second in line adalah action scene yang dope tingkat parah. Agak susah dipercaya juga kalo dari sekian banyaknya anime yang punya adegan action di dalamnya, One-Punch Man, ironisnya, punya action scene yang standout dari kebanyakan anime berorientasi action.
Wait, scratch that, gue gak punya banyak anime pembanding.
Then again, tetep aja One-Punch Man punya adegan adu jotos antar pahlawan-penjahat yang gahar tingkat tulen. Mungkin Saitama sendiri gak terlibat dalam banyak adegan ini, mengingat, tau sendirilah, satu jotos. Mungkin juga gak.
Thing is, Saitama terlibat hampir di semua adegan action di anime ini.
Lah terus, gimana caranya bikin adegan action yang melibatkan seorang pakar one-hit kill jadi seru? Mestinya semua pertarungan Saitama dengan lawan-lawannya jadi gak seru, kan? Orang cuman sekali-hajar-langsung-kelar ini.
Btw, Genos tuh yang (berusaha) nendang Saitama. |
Eh, ya nggak, sih?
N.B. Actually bukan cuman Saitama doang tokoh yang terlibat dalam adegan laga di serial ini. Yang kedua tersering, tentu aja, adalah ajudannya, Genos.
BTW, gimana sih, caranya?
Kata gue, charm action di anime ini terletak di bertubi-tubinya action di anime ini. Langsung memberondongi pemirsanya, tanpa pake "rem" sejenak buat, I dunno, si tokoh utama ngomong dua paragraf sama lawannya lah, ato lawannya ngejelasin jurusnya ke tokoh utamanya lah, ato mungkin adu melotot lah, gak ada ceritanya di serial One Punch Man ini.
Asal tau aja, cliche yang gue sebutin tadi adalah salah satu alasan gue gak nonton terlalu banyak anime. Kebanyakan bacot lah, istilahnya.
Ow syit, gue udah bisa denger rombongan penggemar otaku gedor-gedor pintu gue.
Rasanya ilangnya cliche di atas kebantu sama
Gak salah, sih.
Emang visuals One Punch Man emang mantap jiwa.
Vivid, terkesan hidup, dan semacam membakar semangat para penontonnya. Termasuk gue.
Udah gitu, bagian background music juga punya andil dalam bikin action di serial ini tambah kece. Score lah, opening theme lah, semuanya punya vibe semangat menggebu-gebu yang sama semangatnya dengan semangat Naruto pingin jadi Hokage.
Kesablengan visual ini lah yang bikin serial One Punch Man bisa menghindari penyakit exposition yang diderita kebanyakan anime. Para tokoh jadinya gak perlu panjang lebar tinggi ngejelasin jurus mereka, seberapa sakit/geli jurus tersebut, apalagi ngasih semacam briefing kira-kira seberapa gede tempat yang kemakan sama jurus tersebut. No need, gegara visual yang gila udah bisa semacam "menjelaskan" sekuat apa jurus tersebut.
Intinya, let the looks speak for themselves.
Misalnya di adegan ini, Saitama ditendang Lord Boros sampe dia mendarat di bulan. BULAN. |
Trus, lanjut ke penyakit selanjutnya.
Gue masih inget nonton satu episode dari One Piece, yang mana di episode tersebut gue ketemu sama penyakit ini. Di episode tersebut, Luffy adu jotos dengan dengan si blonde brengsek Doflamingo.
Let's just say, episode tersebut terasa jaaaaauuh lebih lama dari aslinya.
Gara-gara apa?
Sure, mereka ada berantem, tapi kurang lebih selama hampir SATU EPISODE (gak seluruhnya, sih) berfokus ke mereka berantem. Itupun mereka gak berantem sepenuhnya, kurang lebih 40% dari pertarungan tersebut mereka masih sempet berdialog satu-dua paragraf.
Mau satu hal mantep lagi?
Sebenernya mereka udah berantem dari EPISODE SEBELUMNYA.
Oh, satu lagi.
Ketika episode tersebut udah nyentuh credits, MEREKA BELOM SELESAI BERANTEM.
Anjay.
Not to worry though, beginian gak ada di One Punch Man. Action mungkin adalah fokus dari anime ini, tapi mereka gak di panjang-panjangin kek di beberapa anime lain. Ngomong sih ada, tapi itupun gak bikin pertarungan tersebut jadi pause gara-gara ngomong-ngomong tersebut. Sumpeh dah.
Jadi, bukan cuman visuals yang bikin action One Punch Man gege, tapi gimana anime ini sukses menghindari padding gak perlu yang bikin anime lain semacam "menyeret" adegan action mereka.
Thirdly adalah si Saitama sendiri. This guy is certainly not your average anime protagonist. Bukan mereka yang punya sifat kek (CMIIW here) punya tekad keras, optimisme tingkat dewa, dan moral code yang sangat kuat, to the point of jadi tokoh honorable yang bisa membiarkan antagonis mereka idup.
Sebut aja
But nope.
Bukan Saitama. Malahan, hampir kebalikannya.
You can say that kepribadian sama hampir ratanya dengan mukanya.
Kalo udah mau adu jotos sama musuh, Saitama gak pernah ngelakuin self-motivation alias komat-kamit motivasi diri. Dia pun juga jarang teriak-teriak macam "HYAAAAAAAAATT!" ato "RRRRRRRRRAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" apalagi "RASAKAN INI!" Nope. Tapres. Mungkin sekali aja dia teriak pas berantem, dan itupun, get this, adalah saat dia sadar kalo dia hampir pasti kelewatan hari diskon di supermarket.
Ato mungkin kelemahan dia yang selama satu serial anime gak pernah dimanfaatin sama musuh-musuh dia: nyamuk. Di saat satu kota sedang panik parah dan soon-to-be ajudannya Genos sedang perang lawan monster, Saitama malah kesibukan berusaha nangkep nyamuk.
Yep, Saitama udah semacam "tuhan" di animenya sendiri, dia udah menomorsekianratuskan musuh yang sedang dia lawan.
Okelah kalo dia emang bertarung (kalo lo mau bilang semua pertemuan dia dengan musuh dia "pertarungan", that is) untuk kebenaran, atau buat ngelindungin bumi tempat dia tinggal, tapi itu udah jadi tujuan seken dia sekarang.
Sebenernya, dia-- ya udah gue kasitau di atas, kan?
Gara-gara dianya yang overpowered tingkat tolol ini, entah kenapa, dia jadi relatable.
Misalnya, buat gue pemain game RPG (masih kelas teri, sayangnya) macam Dragon Age: Inquisition ato The Elder Scrolls V: Skyrim. Ketika level karakter lo udah di atas 50, banyak banget lawan-lawan lo yang mendadak menjelma jadi tempe kalo ketemu lo. Segitunya sampe bahkan lo nge pun masih bisa bunuh mereka tanpa kekurangan seperempat nyawa lo. Bukannya seneng, lo malah bosen, gara-gara keseruan game tersebut terpangkas oleh sensasi yang ilang pas lawan musuh-musuh lo.
Itu, dan kasus supermarket tadi.
But wait, there's more!
Ujung-ujungnya, Saitama gak punya tujuan jangka panjang selain cuman buat nemuin lawan sepadan.
Meskipun reputasi dia perhatiin juga, certainly itu bukan jadi prioritas dia.
Beberapa kali dalam serial ini, dia terkadang menolak buat ngambil pujian buat pencapaian heroik yang dia raih. Bahkan, dia bisa aja menolak buat peduli reputasi yang dia punya. Bagi dia, terpenting adalah nyari lawan yang bisa ngasih dia perlawanan yang sesungguhnya sambil jadi pahlawan penyelamat umat manusia.
He's treating the superhero business as a hobby.
After all,
he's a hero for fun.
Kek yang dia bilang sebanyak sekian puluh kali di anime-nya.
************
Back to the hype now, shall we?
Nampaknya setelah season 1 kelar, belom ada yang bisa nyamain Saitama. Jangankan nyamain, bikin dia ngos-ngosan pun belom ada. Liat aja Lord Boros, yang keliatannya bisa ngeratain Saitama, ujung-ujungnya cuman bisa hangusin jubah putihnya Saitama doang.
Trus, gimana lanjutin anime-nya?
Expand on them problems. Para monster yang biasanya jadi antagonis di anime-anime lain nampaknya cuman jadi tokoh sampingan di One-Punch Man. Hence, mereka bukan masalah yang besar bagi Saitama. Yang ada, adalah kebosanannya dengan idup berpahlawan (itu kata Indonesia?) yang hampir gak ada tantangan. Belom lagi dengan pahlawan-pahlawan lain yang nganggep Saitama bukan superhero leget.
Banyak banget yang bisa dikembangin dari sini, misalnya nambahnya superhero yang mulai nganggep Saitama adalah superhero yang tergege dari semua superhero. Better yet, sesama superhero yang iri sama Saitama, trus berusaha ngejatohin dia melalui, ehm, politik.
Expand on Saitama. Kita semua tau regimen latian Saitama: 100 push-up, 100 sit-up, 100 squat, dan lari 10k. Semantep-mantepnya latian tersebut, tetep aja orang gak percaya. Genos sendiri bilang, meskipun latian tersebut kedengerannya hardcore parah, kalo dibandingin sama kekuatan Saitama sendiri, latian tersebut gak ada apa-apanya.
Jelas, semua orang pingin tau, kan?
Ah, gue tau, kalo langsung di-spoil semua rahasia Saitama (yang tololnya mungkin dia sendiri gak tau) dalam satu season, rasanya charm anime ini bisa langsung ilang. Instead, taro tease kecil-kecilan mengenai asal-usul kekuatan Saitama ini, ato bahkan saking kecilnya orang gak bakal nyadar the first time around.
Then again, ini bener-bener optional, soalnya disitulah letak charm dari Saitama: immeasurable power outta nowhere.
Keep up with the monsters! Meskipun monster-monster yang muncul di anime hampir pasti di-one-shot sama Saitama, bukan berarti mereka ini bener-bener gabut.
Pas gue nonton pertemuan Saitama dengan banyaknya monster di anime tersebut, semua monster ini punya build-up yang bagus ditambah dengan tampang yang kreatif. Setiap kali Saitama ketemu monster-monster ini, terkadang ada that feel dimana kita ngira Saitama bakal ketemu lawan yang bener-bener sepadan. Jelas, monster ini udah ngeratain semua superhero sebelom Saitama.
Let's see, di season 1 udah ada monster rumput laut... |
...(semacam) parodi Piccolo... |
...(semacam) parodi Goku... |
...dan (semacam) parodi Titan dari Attack on Titan. Bisa segila apa lagi mereka? |
Itu, dan betapa outrageous tampang mereka, seakan-akan Saitama pun bisa seukuran butiran debu doang pas lawan mereka.
Gue sih ngarepnya ini gak ilang di season 2, mengingat nontonin Saitama nge-jotos monster segede apapun sampe gak berbentuk rarely gets old. Singkatnya, Saitama pun butuh samsak tinju juga.
Ehm, apa lagi, ya?
Well,
I suppose that's all for now.
Bottom line, gue gak sabar buat nontonin season 2, dan gue berharap mereka tetep punya ke-gege-an yang sama dengan season 1, ditambah lagi dengan cerita yang tambah tebel tanpa mengorbankan action scenes yang awesome tingkat tolol.
Actually, gue masih sabar, sih.
Lagian,
gue bukan penggila anime juga, kok.
Until the next post, bungs! :D