Saturday, March 28, 2015

THIS IS NOT A REVIEW: Crows Zero

Starring: - Shun Oguri as Takiya Genji
             - Takayuki Hamada as Tamao Serizawa
             - Sousuke Takaoka as Izaki Shun
             - Kenta Kiritani as Tatsukawa Tokio
             - Kyōsuke Yabe as Katagiri Ken
             - Motoki Fukami as Rindaman
             - Watanabe Dai as Bandō Hideto
Rilis: 27 Juli 2007
Box office: $ 22 juta
Genre: Action 
Lama: 2 jam 9 menit 

Kali ini gue menyajikan sesuatu yang sedikit berbeda. Biasanya gue me-review (trus THIS IS NOT A REVIEW apalah artinya?!) film terkenal yang jelas udah pernah nongol di bioskop. Yah, anggeplah macam The Raid 2, atau Big Hero 6, atau Breaking Daun The Maze Runner. Tapi, seperti yang udah gue bilang tadi, gue akan menyajikan sesuatu yang berbeda. Gue gak tau apa ini film pernah nongol di bioskop Dua-Satu ato enggak, tapi satu hal: film ini greget banget. Nope, judulnya tidak menyiratkan film horror asal Jepang (percaya sama gue, Jepang dan Thailand adalah pakar film horror). Greget dalam arti: tema yang dibawakan. Kita sebagai orang Indonesia mestinya udah familiar banget sama tema ini, tapi yang gue suka adalah film ini bisa merubah perspektif kita terhadap tema itu. 
Apaan sih? Kasitau woy!! 
Tawuran. 
Yah tahu aja kan, golongan pelajar Indonesia terbagi atas dua hal: alim dan bengal. Bengal sendiri terbagi atas dua kategori lagi: nakal dan anarkis. Di sini akan gue bahas anarkis, yaitu semacam nge-geng dan kurang lebih jadi mafia sekolah. Anarkis sendiri bisa (bila mau) dibagi menjadi dua hal: intra/antarsekolah. Golongan anarkis jelas udah menjadi sumber berbagai keresahan di masyarakat, apalagi kalo masalah mereka dibawa ke luar komplek sekolah mereka. Jalanan tempat banyak mobil motor gerobak lewat jadi ring tarung mereka. Bisa aja toh, gara-gara sepatu setengah juta mereka kecirit tokai langsung tawuran? 
Kurang lebih tahun lalu, atas rekomendasi temen gue, gue berhasil menemukan film greget ini. Tapi, ada satu hal yang jelas berbeda. Kita semua tahu betapa peserta tawuran reguler di masyarakat udah kayak granat. Kita gak pernah tahu kapan mereka bisa meledak, dan masalah macam apa yang bisa bikin mereka meledak. Seperti yang gue bilang tadi, kecirit tokai bisa jadi salah satu alasannya. Intinya, mereka bisa hajar-hajaran kapan, dimana, dan dengan siapa aja. 
Apa bedanya dengan disini??

Welcome to Suzuran 
Setting utama di film ini adalah SMA Pria Suzuran, yang jelas gak ada di Indonesia (tapi diam-diam diimpikan ada). Menurut film ini, Suzuran ini udah semacam kandangnya remaja tawuran. Bahkan selama satu film, gak ada adegan murid-muridnya belajar. Yang ada, nongkrong sana sini, corat-coret piloks sana-sini, ngerokok pula. Guru? Satu-satunya alasan guru tidak jadi korban tawuran anak-anak adalah karena predikat mereka sebagai guru. Dari tahun ke tahun, selalu ada perebutan kekuasaan mutlak atas seluruh anak murid di Suzuran. Bahkan, ada aja remaja yang cukup ngide buat daftar ke Suzuran buat ngebuktiin kemampuannya gebuk orang lain. Yah intinya, kalo mau jadi manusia yang bermartabat dan berguna bagi masyarakat dibandingkan jadi tukang bogem, ya jangan ke sini.
Sampai pada film ini, penguasa (atau yang paling deket ke pangkat 'penguasa') Suzuran adalah Tamao Serizawa, antagonis utama film ini. Serizawa sudah menguasai sebagian besar dari Suzuran, dan juga punya paling banyak pengikut. Versi simpelnya, dia adalah yang paling mendekati sebagai raja anak-anak greget Suzuran. Padahal, postur dia gak segede anak-anak lainnya. Rada pendek gimana, gitu.
Semuanya berubah saat ada murid pindahan yang seangkatan sama Serizawa. Takiya Genji, anak Yakuza (wajar aja sih kalo Yakuza ngirim anaknya ke sekolah yang mendidik muridnya menjadi Yakuza). Genji pindah dengan mandat dari bokapnya (Yakuza, jelas) untuk menguasai Suzuran, suatu pencapaian yang tidak berhasil dicapai si bokap itu. Tapi TERNYATA *jengjengjeng* sebuah rintangan besar berdiri di hadapannya! Siapakah dia? 
Saksikan setelah pesan-pesan berikut ini.
Tamao Serizawa, tolol. 
Dan dimulailah petualangan Genji, dibantu oleh Ken Katagiri, untuk menjatuhkan Serizawa dan menguasai Suzuran. Gimana, sih, Genji ini, dia sampe berani buat ngadu dirinya, anak baru (tapi gak ingusan) melawan Serizawa yang sudah punya kekuatan bonafid di Suzuran?
ki-ka: Rindaman, Tokio, Serizawa, Bando, Izaki, Ken, Genji

The Immorals
Genji adalah anak pemimpin Yakuza.
Itu kurang?
Genji sebagai protagonis tergambarkan sangat ambisius dan dalam beberapa adegan, arogan. Jelas, lu ngirim anak Yakuza ke sekolah isinya anak tawuran semua, gimana gak cocok? Meskipun dia berperan sebagai protagonis, peran yang dia jalani di film ini setara sama anti-hero. Ayolah, semua protagonis di semua film di semua jagat pasti baik-baik, atau minimal punya nilai moral, kan?
Genji ini pengecualian. 
Ya, dia berusaha menggulingkan Serizawa. Ya, dia berusaha melawan tirani yang mengepalai semua golongan Suzuran. Tapi tujuan sebenarnya Genji bukan mengalahkan Serizawa. Melainkan jadi penguasa Suzuran. Dia sebenarnya gak peduli, sejauh mana dia bakal bertindak untuk menguasai Suzuran. Intinya, sebagai anak Yakuza, dia punya tingkat ego yang sangat tinggi. Bertindak berdasarkan insting, dan berani menghajar siapa saja yang dia anggap menghalanginya, bahkan teman sendiri. 
Trus, Genji ini ada baik-baiknya gak, sih? 
Genji, dibaliknya kesombongan tulennya, punya sisi agak baik. Misalnya egonya yang sangat tinggi membuat dia sangat setia kawan dengan teman-temannya. Dia (menurut gue) menganggap teman-temannya sama dengan dirinya. Kalo ada yang dihajar, dia menganggap dirinya yang dihajar, dan dia bisa nuntut dendam. Yah, interpretasi lain adalah dia gak pingin geng-nya kekurangan tenaga kerja. Kalo ada yang dihajar secara licik, berarti kekuatan geng-nya melemah, dan dia menganggap itu adalah kecurangan. Intinya (lagi), Genji adalah orang yang peduli dengan orang-orang yang dekat dengannya. 
Bagaimana dengan Serizawa, antagonis yang semestinya jahat?
Serizawa punya anak dari segala karakter seorang antagonis: sombong. Ya mikir aja sih, sebelum Genji dateng, Serizawa udah di atas angin. Suzuran entar lagi udah punya dia. Trus ada si anak ingusan (pernyataan yang salah, buuung) ini dateng. Bisa apa dia? Mikir gitu kali, si Serizawa ini. 
Tapi beda dengan Genji yang sangat ber-ego dan sangat temperamen, Serizawa sangat kalem. Serizawa kalem dalam arti ketika Genji udah mulai menarik perhatian dan menggalang kekuatan, dia gak panik. Dia pede dan yakin bahwa Genji ini, mau sebanyak berapapun orang yang berdiri di belakang dia, bakal kalah. Dia, menurut gue, adalah seorang good sport, tidak merendahkan Genji ketika si anak Yakuza ini berusaha melawan Serizawa.
Makin mirip dengan Genji adalah sifat Serizawa yang tidak segan. Dia gak segan menghajar orang yang dia anggap tidak sejalan dengan pikirannya, meskipun itu adalah temannya sendiri. Dia tidak segan menghajar orang yang menantangnya. Dia tidak segan membela temannya yang lebih lemah. Dia tidak segan membogem orang yang sembrono dan curang, meskipun-- ah sudahlah, intinya dia tidak segan. 
Pada akhirnya, dua manusia utama tidak bermoral di film ini adalah dua sisi dalam satu koin. Makin deket lu ngeliat mereka berdua, mereka sebenarnya sangat mirip. Paling pertama adalah mirip dalam hal kemampuan mereka menjotos orang lain. 

UUUUUURRRRREEEEEEAAAARRRRGGGHHHH!!!!!!!
Sayang sekali, gue gak sedang ngebahas pupuk urea disini. 
Yang gue bahas adalah murid Suzuran teladan pasti tereak-tereak sebelum tarung. Ya kan biar semangat. Lagian, kalo senjata tarung lu adalah jotosan lu sendiri, masa lu letoy? Ntar lu tarung letoy juga. Ntar lu baru lima menit muka lu udah kekubur ke tanah. 
Oh ya, tadi gue sebut pake jotosan?
Yep, beda dengan generasi ngawur yang kita sering liat di TV, di Crows Zero iki, mereka tawuran tanpa pake senjata dalam bentuk apapun. Yah, kecuali satu adegan tawuran, tapi itu gak termasuk tawuran, karena lawannya adalah geng motor. Ya namanya adu jotos antargeng. Tapi seriusan! Mereka disini bertarung hanya gebukan, jotosan, bogem-an, tendangan, dan tentu saja, teriakan yang bisa bikin lawan terkencing-kencing. Ya di sisi baik dari jenis tawuran yang anak-anak di TV praktikkan, mereka pinter, bisa berimprovisasi, barang sehari-hari (macam kaki kursi dan gear sepeda) bisa dijadiin senjata. 
Jadi, terpenting di film ini adalah sebagaimana kuat jotosan lu terhadap muka lawan lu. 
Dan apakah jotosan itu bisa sekuat sampai kerasa di luar layar? Jelas karena banyaknya adegan adu bogem di film ini, maka semua bogem-an yang melayang harus terasa, toh? Otherwise kita kira ini anak-anak Jepang lagi main tampar-tamparan. Ahh, kaya banci aja.
Bagusnya, film ini berhasil membuat tinju-tinju yang melayang kerasa
Kayak, kalo ada kepalan tangan mendarat di muka, kita sampe ngerasa betapa sakitnya pukulan itu. Setiap kali kena, kayak, JDUAAAKK!! Mukul pake perasaan, gitu lho. Apalagi kalo udah adu jotos berjamaah. Gak tau kenapa, gue waktu nonton jadi semangat sampe rasanya mau ikut tawuran juga. Dan gak lupa, sambil teriak-teriak. 
Di sisi koreografi, gak mungkin tertata ala The Raid 2. Ayolah, mau sekolah kurikulum tawuran juga muridnya kan bukan anak Karate semua! Yang ada adalah para murid tonjok sana tonjok sini, sampe orang yang ditonjokkin jatoh, tepar. Terutama para tokoh utama. Pokoknya tokoh figuran yang digebuk tokoh utama pasti kalah. Pasti. Kalo gak kalah, berarti figuran itu bukan figuran. 
Again and again, menurut gue, meskipun terkesan berantakan dalam hal koreografi, it's a beautiful mess. 

(+) - Tema yang dibawakan (pertarungan antarpelajar) dibawakan dengan ultra-greget.  
     - Musik yang membawakan suasana dengan baik. 
     - Karakter para tokoh terlihat diantara aura action yang tebal.
(-) - Protagonis yang terlalu antagonis.
    - Adegan dramatis yang tidak mengharukan (saking machonya film ini).
    - Kalo tidak hati-hati, film ini membawa pengaruh buruk ke generasi muda (nonton dulu, lahh).  

NILAI: 87/100

Conclusion: Faktanya, Crows Zero berdasar manga Crows yang dibuat oleh Hiroshi Takahashi. Crows Zero adalah prekuel dari manga greget ini, dan menurut gue, membuat gue menjadi semi-tertarik terhadap cerita Crows sesungguhnya. Action yang ngebakar semangat penonton, cerita yang fresh, dan tokoh yang unik adalah alasan film ini bersinar. Dua kekurangan diatas? Sebenernya tidak memengaruhi mulusnya jalan film ini. 

Until the next post, bungs! :D


 
 

Monday, March 23, 2015

Rebooted! Renamed! Remade!

Setelah sekian lamanya gue ini ber-hiatus ria dari blogging gue, akhirnya gue memutuskan untuk mengubah alter ego gue di internet. Mungkin karena gue merasa gue udah menetap dengan kerjaan sampingan blog gue, jadi butuh pijakan yang lebih mantab.

Pertama-tama, siapa, apa, atau makhluk macam apa Blinkyman ini. Lu pada masuk ke blog gue, dan ngeliat: Blinkyman's Blog. Blinkyman?? Nama macam apa itu? Lahir dari mana dia? Apa tujuan sebenarnya dia di dunia ini? Siapa aku? Kenapa kucing bekaki enam empat?? Loh? LOH?

Blinky (bling-ki, blinq-khi, bling-q) adalah.. MUSUH DARI PAC-MAN. Tepatnya, sebagai setan pengejar Pac-Man yang berwarna merah. Man adalah.. MANUSIA/ORANG/PRIA PUNYA SELERA/LELAKI. Yah kenapa dari sekian banyaknya tokoh gaming yang lebih layak gue pilih, gue malah pilih setan-setanan warna merah yang jadi warna biru klo Pac-Man salah makan obat? 

Ini dimulai dari sejarah gaming gue sebelum beralih ke PC Gaming: Xbox 360. Bagi man-teman yang belum familiar dengan sistem X360, ada yang namanya user di X360. User, ya semacam user di komputer. Ada admin, ada user dengan nama-nama aneh seperti PENUNGGU KAMAR 35, dan sejenisnya itulah. Prinsip dari User pada X360 kurang lebih mirip. Dan nama dari user ini dibawa ke dalam game, jadi kalo di game Call of Duty lu nge-kill atau di-kill, ya nama User itu yang muncul, anggeplah: ORANG_WARAS KILLED C4Y4N6K4MUCELALOEH atau C4Y4N6K4MUCELALOEH KILLED PLAYER1. Ya, itu emang alay kronis, mohon tidak ditiru di rumah. 

Akhirnya, gue setelah banyaknya kealayan, membuat User dengan nama: Blinkyman. Gue, faktanya dapet ini dari profile picture yang disediakan dalam membuat User. Gak banyak, gue harus jujur. Gak terlalu kece lagi, ini gue jujur juga. Akhirnya, dari banyaknya opsi yang disediakan, ada gambarnya si anu itu. BLINKY. Dhemit merah bermata biru yang kerjaannya ngejer-ngejer Pac-Man di game Pac-Man ras manapun. Gue pilihlah si dia, dan karena gue buat Username berdasarkan Profile Picture gue, yah beginilah jadinya. Blinkyman. Ya gue tahu gue gak kreatif. 

Loncat ke jaman 2010-an. Gue sekarang udah punya Steam, versi simpelnya: toko game online. Di Steam akhirnya pake nama-nama lagi pula, dan setelah berbagai kealayan lainnya, gue keinget Username X360 gue: Blinkyman. Gue pake lagi dah itu sebagai nick gue di game-game yang menggunakan add-on Steam (ini ngawur karena gue gak ngerti istilahnya). 

Sekarang loncat lagi ke tahun 2015. Blinkyman adalah nama yang jelas gak semua orang pake. Ya bukan apa-apa, tapi emang gak ada orang yang segoblok itu buat pake nama segoblok itu juga. Selain gue. Gue mikir buat ganti nama. Tapi, gue juga gak mau melepaskan sesosok hantu yang tumbuh bersama dengan jiwa gamer gue. Akhirnya, setelah sedikitnya pertimbangan, gue mengubah nama menjadi...

BLINQMAN. 

Ada apa dengan Q? Penjelasan terletak di Scrabble. Selain daripada Z, Q adalah huruf dengan skor tertinggi, mengingat betapa susahnya pake huruf itu. Z dan Q skor per hurufnya sama: 10. Ditambah lagi, per permainan Scrabble, dalam satu set huruf-huruf yang digunakan, cuman ada satu Z dan satu Q. Yah, itu menjelaskan betapa uniknya Q ini sebenarnya. Dan gue bertanya dengan diri gue sendiri, kenapa gak Z? Anggeplah, dengan huruf Z, nama gue bisa jadi Blinkymanz. Atau Blinkzyman. Atau ZblinkymanZ. Eh. Itu ide yang bagus juga. Atau Blinkymanzzz. Kan sama-sama uniknya. Gue beranggapan kebanyakan orang udah pake huruf Z, sekeren-keren atau sealay-alaynya dia. Penggunaan huruf Z kan, bisa dalam bentuk 'Duhhh ngantukzzzz bangettzzzz'. Q? Palingan cuma satu orang terkenal, yaitu Q dari serial James Bond. Tugasnya? Memberikan peralatan greget kepada Bond macam Aston Martin bersenjata mesin dan pena yang bisa meledak. 

Lagipula, bunyi 'kee' pada 'ky' bisa diganti dengan bunyi 'kee' pada Q, kan? 

Secara sangat waras dan terhitung, domain dari blog ini juga berubah. Menjadi blinqman.blogspot.com. Jujur, sebenernya domainnya sempet gue ubah jadi bloodphantom.blogspot.com. Wuusshhh, mantep toh? Sayangnya mendapatkan kritisi negatif dari berbagai pihak, termasuk nyokap gue sendiri. Bilangnya, 'terlalu serem', 'terlalu alay', dan 'terlalu drastis'. Drastis dalam arti kenapa gue yang fun, funky, dan ringan tiba-tiba punya nama BLOOD PHANTOM. Setan Darah, broooo. Itu udah kayak cerita-cerita serem yang ada di novel-novel serem yang ada di bagian-bagian terserem di Gramedia. Apaan tuh? Akhir cerita, blinqman.blospot.com.

Aneh, makin alay aja gue, ya?

Dan faktanya (lagi), judul post ini gak berarti. Yang relevan cuman RENAMED!-nya doang, karena nama ganti, domain ganti, judul ganti.. tapi isinya tetep. Mungkin ada tambahan-tambahan, tapi marilah kita bersama berharap gue bisa lebih baik dari gue-gue yang terpampang di blog ini di selanjutnya. 

BlinQman, ya? Okeeee?

Until the next post, bungs! :D

Saturday, March 14, 2015

THIS IS NOT A REVIEW: Big Hero 6

Starring: - Ryan Potter (Supah Ninjas) as Hiro Hamada
             - Scott Adsit (Mary Shelley's Frankenhole) as Baymax
             - Daniel Henney (X-Men Origins: Wolverine, The Last Stand) as Tadashi Hamada
             - T.J. Miller (Transformers: Age of Extinction) as Fred
             - Jamie Chung (Dragon Ball Evolution, The Man with the Iron Fists) as Go Go
             - Damon Wayans, Jr. (Let's be Cops) as Wasabi
             - Genesis Rodriguez (Hours) as Honey Lemon
             - James Cromwell (L.A. Confidential, The Green Mile) as Robert Callaghan 
Budget: $165 juta
Box Office: $572,2 juta
Lama: 1 jam 42 menit

Mendadak band Fall Out Boy menjadi terkenal, padahal gue gak mereka sebelum tahun 2013, tahun lahirnya film Percy Jackson: The Sea of Monsters. Yang udah nonton dan bertanya-tanya lagu macam apa yang dimainkan waktu Percy loncat-loncat dan salto di awal film, ini gue kasitau. Judulnya adalah *tarik nafas dalem* My Songs Know What You did in the Dark (Light Em Up). Emang panjang banget kan judulnya, makanya gue tarik nafas dulu. Eh, kok gue ke sini?
Intinya, teman-teman, gue tahu pertama kali film ini adalah saat gue mau nonton The Maze Runner (yang ironisnya, seperti yang gue bahas sebelumnya, gue tahu saat sedang nonton film lain). Trus, ada semacam preview, trailer, ekstra, cinematic, apapun lah itu cara nyebutnya. Ternyata adalah trailer dari film ini, Big Hero 6, diiringi dengan chorus-nya MSKWYDITD (LEU). Waktu itu gue kira Big Hero 6 adalah film animasi *maap banget* low-budget yang sering nangkring di sinema-sinema lokal. Maksudnya, film animasi yang jarang orang tonton karena, yah, film animasi lainnya yang lebih terkenal. Lagipulaa, gue liat developer-nya, yaitu Disney. Tok. Yah biasanya ada Disney-Pixar yang hobi buat film-film CGI mantep macam Up, Wall-E, Cars, Toy Story, dan semacamnya. Buatan Disney, sendirian, secara khusus Walt Disney Animation Studios? Penghasil lagu move-on tergreget sepanjang segala abad, Frozen. 
Apakah film ini mampu membuktikan bahwa Disney memang bisa buat film animasi dewe?  

(Akhirnya) Bukan dari Dongeng
Salah satu kebiasaan Disney, buruk atau bukan, adalah kebanyakan film-nya (garisbawahi kebanyakan) adalah adaptasi dari dongeng terkenal. Bayangin aja, dari 2000-sekarang, tercatat 8 biji film Disney adalah adaptasi dari dongeng, klasik atau kontemporer, terkenal atau enggak. Belum lagi film-film masa kecil seperti Snow White, Cinderella, Pinocchio, dan kaum-kaumnya. Susah sih buat Disney, udah semacam mengakar dan menjadi tradisi untuk membuat film berdasarkan suatu cerita.
Sampai Walt Disney Company membeli Marvel Entertainment, 2009.
Oke jelas ini mantep banget. Marvel itu kan yang buat superhero kece macam Sapidol Spider-Man, Setrikaan Iron Man, Captain America, dan teman-temannya. Okelah kalo itu semua udah dibuat filmnya (huhu, jadi gak ada Spider-Man buatan Disney dong), tapi liat aja komik-komik Marvel yang belom dibuat filmnya masih banyak! Bejibun banget kemungkinan-kemungkinan film yang Disney bisa buat. Apalagi karena mereka bisa aja kehabisan dongeng-dongeng pengantar tidur itu, kan?
Setelah kurang lebih lima tahun setelah dibelinya Marvel Entertainment, Disney akhirnya membuat sebuah film berdasarkan komik Big Hero 6, dengan judul film yang sama.
Apa pendapat gue tentang (permulaan) perubahan source material Disney?
Yah kita mulai dari apakah mereka bener-bener setia terhadap sumber aslinya. Sejauh yang gue tahu, Disney memang secara umum setia, tapi sering sekali mengubah nada dan irama cerita. Jelas aja, biar gak terlalu gelap dan tragis, minimal setragis cerita aslinya, seperti The Little Mermaid (SPOILER: di cerita aslinya, Ariel bunuh diri). Lagian, Disney adalah pembuat hiburan untuk anak-anak, kan? YA KAN? Maap ngelantur, sekarang balik lagi ke pertanyaan: Apakah Disney tetap loyal terhadap kisah asli Big Hero 6?
Oke, anggep aja kayak film The Maze Runner (lagi). Team Big Hero 6, misalnya. Mulai dari Baymax, yang di film dibuat oleh Tadashi, sebenarnya di buat oleh Hiro sendiri di komik. Baymax sendiri juga bukan robot bantal kayak di film. Di komik, dia adalah semacam bodyguard dan ajudan bagi Hiro, dan dia bisa berubah wujud menjadi sebuah makhluk-mirip-naga. Meskipun dia tetaplah robot, tapi jelas gak ada deket-deketnya sama guling hidup yang ada di film. Sekali lagi, Disney, membuat segala source material lebih kid-friendly. Malahan, tim Big Hero 6 di film gak kalah gampang diserap dan tetep nyambung sama sumber aslinya, meskipun dengan wujud kekuatan yang berbeda.
Apa yang gue bilang soal film-film yang kayak beginian? Unwatchable. Oke, sebelum gue dirajam dengan tomat, batako, dan benda keras lainnya, unwatchable artinya unsur di komik tidak ada di film, oke? Bagaimanapun, film ini lebih berkesan sebagai reboot dari komiknya, dengan unsur-unsur yang lebih miring ke arah teknologi dibandingkan dengan kekuatan gege belaka. Ayolah, semua kekuatan Big Hero 6 di film berdasarkan iptek! Nonton dulu, wes.


The Immortals
Apa yang gue bilang soal terkenalnya Fall Out Boy secara tiba-tiba? Nampaknya selain MSKWYDITD (LEU), Fall Out Boy punya Immortals, yang menjadi soundtrack film ini. Lagu ini punya hubungan dengan tema film ini, yaitu sekelompok orang-orang biasa yang menjadi superhero luar biasa. Menjad, yah, dengan segala kekurangan gue membuat quotes keren, Immortals. Abadi. Dan, bagaimana dengan orang-orang abadi ini?
Duo Harada, Hiro dan Tadashi, adalah protagonis dan deuteragonis secara berurutan. Gimana cara lu buat orang yang gak punya kekuatan super menjadi jagoan? Hiro, jelas, badannya kecil, dan dia keliatan culun, meskipun gak ada sebanding sama komiknya. Tim-nya masing-masing punya kekuatan super, bagaimana dengan dia?
Kepintaran yang punya tingkat: PINTERNYA PINTERNYA PINTER.
Justru dari Hiro-lah, ada tim superhero Big Hero 6. Dia yang menemukan potensi-potensi dari masing-masing anggota tim (Go Go, Fred, Honey Lemon, dan Wasabi), kemampuan mereka masing-masing, dan memanfaatkan semuanya untuk dijadikan kekuatan super. Desain kostum, senjata, gadget-gadget canggih, terutama punya Baymax, idenya si Hiro ini.
Dan apakah orang yang sangat pintar berarti dia gak punya kelemahan? Yah Hiro masih muda, dan jelas, hal ini mengarah ke satu hal: kelabilan. Dalam film, sepinter-pinternya Hiro, dia, menurut Baymax, sering mengalami mood swings atau bahasa Indonesianya: kegalauan. Dan di situlah datang tokoh deuteragonis 6 Pahlawan Besar.
Tadashi Hamada, voiced by Daniel Henney.
Anehnya, Tadashi tidak hadir dalam konflik utama cerita, tapi menurut gue dia tetaplah seorang deuteragonis, dan yang bagus pula. Tadashi adalah kakak Hiro, dan adalah pelengkap yang sangat bagus bagi Hiro. Meskipun dia punya, seenggaknya, taraf kepinteran yang setara dengan Hiro, tapi dia adalah semacam moral compass bagi Hiro. Dia adalah pemotivasi Hiro, dan juga sebagai satu-satunya pendukungnya di tengah kemelaratan. Padahal, kaya yang gue bilang sebelumnya, tidak hadir dalam mayoritas film. Gimana caranya, tuh!?
Dan bagaimana dengan yang lain? Fred, Go Go, Honey Lemon, dan Wasabi? Masing-masing punya watak yang sangat unik, padahal pemunculan watak tersebut sangat singkat. Fred yang funky dan Go Go yang tangguh dan berani (padahal kaum hawa, lagian Go Go juga bukan nama wanita yang kewanitaan banget). Honey Lemon yang penuh gairah, dan kedengeran adalah satu-satunya tokoh di film yang menyebutkan nama Hiro dengan benar. Wasabi, meskipun memiliki badan paling besar di tim (di bawah Baymax, jangan salah), tapi sebenernya sangat rapi, terkendali, dan (mungkin) terlalu patuh sama peraturan.
Mantepnya, karakter mereka sangat terlihat dan sangat hidup, padahal tidak terlalu sering dimunculkan. Ini disebabkan oleh cerita yang lebih berputar diantara perkembangan karakter Hiro dan chemistry yang dia punya dengan Baymax. Tapi, tokoh-tokoh sampingan ternyata bisa punya karakter yang unik, kan?

Light 'Em Up!
SO LIGHT EM UP UP UP LIGHT EM UP UP UP I'M ON FIREEEEEEEEE!!!!!!!
Ah maap kebawa suasana.
Asal tau, tadi itu adalah chorus dari lagu trailer film ini, MSKW.. ah sudahlah. Dan ngapain gue menghubungkan lagu itu dengan pembahasan gue kali ini?
Yah akhir-akhir beredaran film animasi dengan tema yang super-berat. Yah, anggeplah seperti Wall-E, Frozen, dan Up. Wall-E menggambarkan bagaimana manusia bisa sangat maju dalam hal teknologi tapi sangat mundur dalam hal kemanusiaan. Up menggambarkan bagaimana usia bukanlah rintangan dalam menggapai mimpi. Frozen menceritakan bagaimana tidak harus selalu pangeran yang menyelamatkan sang putri. Maksudnya pembawaan tema yang bisa menggugah hati dan akhirnya film ini nyasar ke piala-piala Oscar, meskipun film ini juga nyasar ke sono, sih.
Gue di sini bukan buat nguraiin tema yang dibawakan di film ini, tapi CARA PEMBAWAANNYA.
Ngomong-ngomong tema dari film ini (minimal menurut gue) adalah yang terpenting bukanlah di film, game, atau komik jenis apapun, motif balas dendam endingnya gak pernah baik.
Nah, jelas itu adalah tema yang dalem banget dalam film kayak ginian, karena faktanya tema itu adanya di game macam God of War, atau film John Wick. Dua-duanya punya genre action tingkat tulen, bukan animasi. Namun, pendapat gue mengenai film ini adalah film ini gampang dicerna oleh penonton sasarannya, yaitu semua umur. Ringan, istilahnya.
Kenapa?
Yah pertama-tama karena dialog antartokoh yang simpel. Gak banyak pake majas, penyiratan, subliminal message, dan semacamnya. Dan percaya gue, klo materi BI gue mengandung majas, gue nyerah. Dialog tidak terlalu bikin bosan karena hidup dan penuh ekspresi. Di sisi lain, juga tidak terlalu ekspresif dan terlalu indah sampe-sampe setara dengan Shakespeare. Halah. Dialog juga gampang ditangkep dan bahkan, dengan kata-kata simpel dapat menunjukan dengan baik perasaan dari tokoh-tokohnya. Bahkan Baymax yang notabene adalah seekor sebuah robot, koplak banget! Padahal robot, dan selama film, nada bicaranya datar.
Lainnya adalah adegan, sequence, dan scene dalam film tidak terlalu berat. Gue akuin, gue gak terlalu suka genre drama, atau action drama. Kalo ada adegan mengharukan dalam film, gue biasanya rusak keadaan mengharukannya dengan perkataan semacam, "Yah, mati deh dianya." Ada adegan mengharukan dalam film ini, yang sayangya gue rusakin juga. Tapi bagusnya adalah cara mereka memanfaatkan adegan tersebut. Bukannya dengan eksploitasi yang setara dengan memeres seperes-peresnya susu sapi. Biasanya film drama itu kalo ada adegan mengharukan, ada aja si tokoh utama sampe tengadah ke langit (cuacanya ujan-ujan gitu), terus tereak "TIDAAAAAAAAAAAAKK!" Kalo berhasil, ya bagus. Kalo gagal, malahan ketawa, bukannya nangis.
Cara mereka di sini adalah adegan mengharukan yang mengagetkan penonton terjadi, lalu bukannya itu adegan sampe berlarut-larut, tapi efek dari adegan itu dibawakan dalam cerita. Kalopun misalnya ada adegan yang mengungkit lagi adegan mengharukan itu, gak terlalu panjang, tapi jelas. Jadinya, penonton gak nangis, tapi ya terharu juga. Lagian, ini film anak-anak, kan?

(+) - Sekilas beda, tapi tetep setia sama sumber aslinya.
     - Karakterisasi yang bagus  dan keliatan dari semua tokoh.
     - Pembawaan tema berat tidak membuat penonton kehilangan fokus dari nature film yang kekanak-kanakkan.
(-) - Antagonis yang kurang jahat.
    - Ada unsur film yang tidak terselesaikan (nonton dulu wess...)

NILAI: 95/100

Conclusion: Pertama kalinya Disney mengadaptasi bukan dari cerita panjang, atau cerita pendek ternyata berbuah kecut manis. Banget. Storytelling yang ringan tapi cerdas, tokoh yang unik dan tridimensional, voice acting yang manjur, dan masih banyak lagi unsur mantep dari film ini. Semoga ini mendorong Disney Animation untuk membuat adaptasi komik lagi, dan gue dengan sabar menunggu masterpiece mereka selanjutnya.

Until the next post, bungs! :D


SEE YA LATER SPACE COWBOY: Sebuah Update (lagi).

Hey, you. You're finally awake! You're trying to find a new post on this blog, right? Then found nothing, just like the rest of us ...