Saturday, March 14, 2015

THIS IS NOT A REVIEW: Big Hero 6

Starring: - Ryan Potter (Supah Ninjas) as Hiro Hamada
             - Scott Adsit (Mary Shelley's Frankenhole) as Baymax
             - Daniel Henney (X-Men Origins: Wolverine, The Last Stand) as Tadashi Hamada
             - T.J. Miller (Transformers: Age of Extinction) as Fred
             - Jamie Chung (Dragon Ball Evolution, The Man with the Iron Fists) as Go Go
             - Damon Wayans, Jr. (Let's be Cops) as Wasabi
             - Genesis Rodriguez (Hours) as Honey Lemon
             - James Cromwell (L.A. Confidential, The Green Mile) as Robert Callaghan 
Budget: $165 juta
Box Office: $572,2 juta
Lama: 1 jam 42 menit

Mendadak band Fall Out Boy menjadi terkenal, padahal gue gak mereka sebelum tahun 2013, tahun lahirnya film Percy Jackson: The Sea of Monsters. Yang udah nonton dan bertanya-tanya lagu macam apa yang dimainkan waktu Percy loncat-loncat dan salto di awal film, ini gue kasitau. Judulnya adalah *tarik nafas dalem* My Songs Know What You did in the Dark (Light Em Up). Emang panjang banget kan judulnya, makanya gue tarik nafas dulu. Eh, kok gue ke sini?
Intinya, teman-teman, gue tahu pertama kali film ini adalah saat gue mau nonton The Maze Runner (yang ironisnya, seperti yang gue bahas sebelumnya, gue tahu saat sedang nonton film lain). Trus, ada semacam preview, trailer, ekstra, cinematic, apapun lah itu cara nyebutnya. Ternyata adalah trailer dari film ini, Big Hero 6, diiringi dengan chorus-nya MSKWYDITD (LEU). Waktu itu gue kira Big Hero 6 adalah film animasi *maap banget* low-budget yang sering nangkring di sinema-sinema lokal. Maksudnya, film animasi yang jarang orang tonton karena, yah, film animasi lainnya yang lebih terkenal. Lagipulaa, gue liat developer-nya, yaitu Disney. Tok. Yah biasanya ada Disney-Pixar yang hobi buat film-film CGI mantep macam Up, Wall-E, Cars, Toy Story, dan semacamnya. Buatan Disney, sendirian, secara khusus Walt Disney Animation Studios? Penghasil lagu move-on tergreget sepanjang segala abad, Frozen. 
Apakah film ini mampu membuktikan bahwa Disney memang bisa buat film animasi dewe?  

(Akhirnya) Bukan dari Dongeng
Salah satu kebiasaan Disney, buruk atau bukan, adalah kebanyakan film-nya (garisbawahi kebanyakan) adalah adaptasi dari dongeng terkenal. Bayangin aja, dari 2000-sekarang, tercatat 8 biji film Disney adalah adaptasi dari dongeng, klasik atau kontemporer, terkenal atau enggak. Belum lagi film-film masa kecil seperti Snow White, Cinderella, Pinocchio, dan kaum-kaumnya. Susah sih buat Disney, udah semacam mengakar dan menjadi tradisi untuk membuat film berdasarkan suatu cerita.
Sampai Walt Disney Company membeli Marvel Entertainment, 2009.
Oke jelas ini mantep banget. Marvel itu kan yang buat superhero kece macam Sapidol Spider-Man, Setrikaan Iron Man, Captain America, dan teman-temannya. Okelah kalo itu semua udah dibuat filmnya (huhu, jadi gak ada Spider-Man buatan Disney dong), tapi liat aja komik-komik Marvel yang belom dibuat filmnya masih banyak! Bejibun banget kemungkinan-kemungkinan film yang Disney bisa buat. Apalagi karena mereka bisa aja kehabisan dongeng-dongeng pengantar tidur itu, kan?
Setelah kurang lebih lima tahun setelah dibelinya Marvel Entertainment, Disney akhirnya membuat sebuah film berdasarkan komik Big Hero 6, dengan judul film yang sama.
Apa pendapat gue tentang (permulaan) perubahan source material Disney?
Yah kita mulai dari apakah mereka bener-bener setia terhadap sumber aslinya. Sejauh yang gue tahu, Disney memang secara umum setia, tapi sering sekali mengubah nada dan irama cerita. Jelas aja, biar gak terlalu gelap dan tragis, minimal setragis cerita aslinya, seperti The Little Mermaid (SPOILER: di cerita aslinya, Ariel bunuh diri). Lagian, Disney adalah pembuat hiburan untuk anak-anak, kan? YA KAN? Maap ngelantur, sekarang balik lagi ke pertanyaan: Apakah Disney tetap loyal terhadap kisah asli Big Hero 6?
Oke, anggep aja kayak film The Maze Runner (lagi). Team Big Hero 6, misalnya. Mulai dari Baymax, yang di film dibuat oleh Tadashi, sebenarnya di buat oleh Hiro sendiri di komik. Baymax sendiri juga bukan robot bantal kayak di film. Di komik, dia adalah semacam bodyguard dan ajudan bagi Hiro, dan dia bisa berubah wujud menjadi sebuah makhluk-mirip-naga. Meskipun dia tetaplah robot, tapi jelas gak ada deket-deketnya sama guling hidup yang ada di film. Sekali lagi, Disney, membuat segala source material lebih kid-friendly. Malahan, tim Big Hero 6 di film gak kalah gampang diserap dan tetep nyambung sama sumber aslinya, meskipun dengan wujud kekuatan yang berbeda.
Apa yang gue bilang soal film-film yang kayak beginian? Unwatchable. Oke, sebelum gue dirajam dengan tomat, batako, dan benda keras lainnya, unwatchable artinya unsur di komik tidak ada di film, oke? Bagaimanapun, film ini lebih berkesan sebagai reboot dari komiknya, dengan unsur-unsur yang lebih miring ke arah teknologi dibandingkan dengan kekuatan gege belaka. Ayolah, semua kekuatan Big Hero 6 di film berdasarkan iptek! Nonton dulu, wes.


The Immortals
Apa yang gue bilang soal terkenalnya Fall Out Boy secara tiba-tiba? Nampaknya selain MSKWYDITD (LEU), Fall Out Boy punya Immortals, yang menjadi soundtrack film ini. Lagu ini punya hubungan dengan tema film ini, yaitu sekelompok orang-orang biasa yang menjadi superhero luar biasa. Menjad, yah, dengan segala kekurangan gue membuat quotes keren, Immortals. Abadi. Dan, bagaimana dengan orang-orang abadi ini?
Duo Harada, Hiro dan Tadashi, adalah protagonis dan deuteragonis secara berurutan. Gimana cara lu buat orang yang gak punya kekuatan super menjadi jagoan? Hiro, jelas, badannya kecil, dan dia keliatan culun, meskipun gak ada sebanding sama komiknya. Tim-nya masing-masing punya kekuatan super, bagaimana dengan dia?
Kepintaran yang punya tingkat: PINTERNYA PINTERNYA PINTER.
Justru dari Hiro-lah, ada tim superhero Big Hero 6. Dia yang menemukan potensi-potensi dari masing-masing anggota tim (Go Go, Fred, Honey Lemon, dan Wasabi), kemampuan mereka masing-masing, dan memanfaatkan semuanya untuk dijadikan kekuatan super. Desain kostum, senjata, gadget-gadget canggih, terutama punya Baymax, idenya si Hiro ini.
Dan apakah orang yang sangat pintar berarti dia gak punya kelemahan? Yah Hiro masih muda, dan jelas, hal ini mengarah ke satu hal: kelabilan. Dalam film, sepinter-pinternya Hiro, dia, menurut Baymax, sering mengalami mood swings atau bahasa Indonesianya: kegalauan. Dan di situlah datang tokoh deuteragonis 6 Pahlawan Besar.
Tadashi Hamada, voiced by Daniel Henney.
Anehnya, Tadashi tidak hadir dalam konflik utama cerita, tapi menurut gue dia tetaplah seorang deuteragonis, dan yang bagus pula. Tadashi adalah kakak Hiro, dan adalah pelengkap yang sangat bagus bagi Hiro. Meskipun dia punya, seenggaknya, taraf kepinteran yang setara dengan Hiro, tapi dia adalah semacam moral compass bagi Hiro. Dia adalah pemotivasi Hiro, dan juga sebagai satu-satunya pendukungnya di tengah kemelaratan. Padahal, kaya yang gue bilang sebelumnya, tidak hadir dalam mayoritas film. Gimana caranya, tuh!?
Dan bagaimana dengan yang lain? Fred, Go Go, Honey Lemon, dan Wasabi? Masing-masing punya watak yang sangat unik, padahal pemunculan watak tersebut sangat singkat. Fred yang funky dan Go Go yang tangguh dan berani (padahal kaum hawa, lagian Go Go juga bukan nama wanita yang kewanitaan banget). Honey Lemon yang penuh gairah, dan kedengeran adalah satu-satunya tokoh di film yang menyebutkan nama Hiro dengan benar. Wasabi, meskipun memiliki badan paling besar di tim (di bawah Baymax, jangan salah), tapi sebenernya sangat rapi, terkendali, dan (mungkin) terlalu patuh sama peraturan.
Mantepnya, karakter mereka sangat terlihat dan sangat hidup, padahal tidak terlalu sering dimunculkan. Ini disebabkan oleh cerita yang lebih berputar diantara perkembangan karakter Hiro dan chemistry yang dia punya dengan Baymax. Tapi, tokoh-tokoh sampingan ternyata bisa punya karakter yang unik, kan?

Light 'Em Up!
SO LIGHT EM UP UP UP LIGHT EM UP UP UP I'M ON FIREEEEEEEEE!!!!!!!
Ah maap kebawa suasana.
Asal tau, tadi itu adalah chorus dari lagu trailer film ini, MSKW.. ah sudahlah. Dan ngapain gue menghubungkan lagu itu dengan pembahasan gue kali ini?
Yah akhir-akhir beredaran film animasi dengan tema yang super-berat. Yah, anggeplah seperti Wall-E, Frozen, dan Up. Wall-E menggambarkan bagaimana manusia bisa sangat maju dalam hal teknologi tapi sangat mundur dalam hal kemanusiaan. Up menggambarkan bagaimana usia bukanlah rintangan dalam menggapai mimpi. Frozen menceritakan bagaimana tidak harus selalu pangeran yang menyelamatkan sang putri. Maksudnya pembawaan tema yang bisa menggugah hati dan akhirnya film ini nyasar ke piala-piala Oscar, meskipun film ini juga nyasar ke sono, sih.
Gue di sini bukan buat nguraiin tema yang dibawakan di film ini, tapi CARA PEMBAWAANNYA.
Ngomong-ngomong tema dari film ini (minimal menurut gue) adalah yang terpenting bukanlah di film, game, atau komik jenis apapun, motif balas dendam endingnya gak pernah baik.
Nah, jelas itu adalah tema yang dalem banget dalam film kayak ginian, karena faktanya tema itu adanya di game macam God of War, atau film John Wick. Dua-duanya punya genre action tingkat tulen, bukan animasi. Namun, pendapat gue mengenai film ini adalah film ini gampang dicerna oleh penonton sasarannya, yaitu semua umur. Ringan, istilahnya.
Kenapa?
Yah pertama-tama karena dialog antartokoh yang simpel. Gak banyak pake majas, penyiratan, subliminal message, dan semacamnya. Dan percaya gue, klo materi BI gue mengandung majas, gue nyerah. Dialog tidak terlalu bikin bosan karena hidup dan penuh ekspresi. Di sisi lain, juga tidak terlalu ekspresif dan terlalu indah sampe-sampe setara dengan Shakespeare. Halah. Dialog juga gampang ditangkep dan bahkan, dengan kata-kata simpel dapat menunjukan dengan baik perasaan dari tokoh-tokohnya. Bahkan Baymax yang notabene adalah seekor sebuah robot, koplak banget! Padahal robot, dan selama film, nada bicaranya datar.
Lainnya adalah adegan, sequence, dan scene dalam film tidak terlalu berat. Gue akuin, gue gak terlalu suka genre drama, atau action drama. Kalo ada adegan mengharukan dalam film, gue biasanya rusak keadaan mengharukannya dengan perkataan semacam, "Yah, mati deh dianya." Ada adegan mengharukan dalam film ini, yang sayangya gue rusakin juga. Tapi bagusnya adalah cara mereka memanfaatkan adegan tersebut. Bukannya dengan eksploitasi yang setara dengan memeres seperes-peresnya susu sapi. Biasanya film drama itu kalo ada adegan mengharukan, ada aja si tokoh utama sampe tengadah ke langit (cuacanya ujan-ujan gitu), terus tereak "TIDAAAAAAAAAAAAKK!" Kalo berhasil, ya bagus. Kalo gagal, malahan ketawa, bukannya nangis.
Cara mereka di sini adalah adegan mengharukan yang mengagetkan penonton terjadi, lalu bukannya itu adegan sampe berlarut-larut, tapi efek dari adegan itu dibawakan dalam cerita. Kalopun misalnya ada adegan yang mengungkit lagi adegan mengharukan itu, gak terlalu panjang, tapi jelas. Jadinya, penonton gak nangis, tapi ya terharu juga. Lagian, ini film anak-anak, kan?

(+) - Sekilas beda, tapi tetep setia sama sumber aslinya.
     - Karakterisasi yang bagus  dan keliatan dari semua tokoh.
     - Pembawaan tema berat tidak membuat penonton kehilangan fokus dari nature film yang kekanak-kanakkan.
(-) - Antagonis yang kurang jahat.
    - Ada unsur film yang tidak terselesaikan (nonton dulu wess...)

NILAI: 95/100

Conclusion: Pertama kalinya Disney mengadaptasi bukan dari cerita panjang, atau cerita pendek ternyata berbuah kecut manis. Banget. Storytelling yang ringan tapi cerdas, tokoh yang unik dan tridimensional, voice acting yang manjur, dan masih banyak lagi unsur mantep dari film ini. Semoga ini mendorong Disney Animation untuk membuat adaptasi komik lagi, dan gue dengan sabar menunggu masterpiece mereka selanjutnya.

Until the next post, bungs! :D


No comments:

Post a Comment

SEE YA LATER SPACE COWBOY: Sebuah Update (lagi).

Hey, you. You're finally awake! You're trying to find a new post on this blog, right? Then found nothing, just like the rest of us ...