Author: Oliver Bowden
US Release: 20 November 2013
Publisher: Penguin Books Ltd.
Based On: Assassin's Creed 4 - Black Flag
Jarang-jarang ya.
Bukan "jarang-jarang ya" lagi sih, tapi emang gue belum pernah bikin resensi novel. Inipun aja gue terinspirasi dari tugas sekolah gue yang, lu tebak sendiri, suruh bikin resensi novel. Dan gue punya beberapa novel yang bisa gue resensiin kek The Maze Runner series, atau The Heroes of Olympus series. Tapi akhirnya, gue milih ni buku.
Kenapa?
See, gue udah main gamenya. Hell, gue sebenernya main gamenya karena gue baca novel satu ini. Ini novel, adalah novel yang berhasil membuat gue masuk ke dunia Assassin's Creed (yep, AC: Black Flag adalah game AC gue yang pertama). Jadi mikir aja, kalo misalnya novel yang berdasarkan sebuah game (yang jelas dibuat belakangan) bisa bikin gue pingin main gamenya (yang jelas dibuat duluan), mestinya dia punya daya tarik tersendiri, toh?
Apa sebenernya point of interest buku ini, sampe gue jadi ngidem main Black Flag karenanya?
Keep in mind yang gue bahas (beda dengan gambar yang gue taro di atas) adalah versi terjemahan bahasa Indonesia. Meskipun gue gak bakal masalah kalo disuruh baca yang bahasa Inggris, ya sayangnya yang gue temuin di Gramed adalah bahasa Indonesia punya. Ya mau gimana lagi ya...
#1:
My Name is Ezio Edward
Berbeda dengan novel sebelumnya yang kebanyakkan dibintangi Ezio Auditore da Firenze, sekarang novel Assassin's Creed dibintangi oleh... ya jelas protagonis Black Flag Edward Kenway.
First thing... dua orang ini berasal dari dua dunia yang berbeda.
Ezio memiliki latar belakang kaum ningrat. Kaum bangsawan. Kaum kelas atas. Jadi, jelas pembawaan Ezio lebih berkelas, lebih sophisticated, dan jauh lebih mewah dari Edward. Dan hal ini ya kebawa ke cerita Assassin's Creed-nya. Bahasanya juga lebih romantis dan sopan. Ya jelas, di gamenya aja dia bisa dengan gampangnya merayu semua wanita yang dia temui. Yang cantik-cantik pula.
Edward Kenway. |
Jangan salah, bukan cuman cerita game aslinya yang disuguhkan di novel ini, tapi juga cerita yang mendahului gamenya dan cerita setelah cerita gamenya selesai. Keduanya menggambarkan karakter Kenway yang rada keliatan di game tapi gak sekentara itu: mulut besar, berani, lancang bahkan, tapi hatinya murni. Di bab-bab awal juga diceritain alasan kenapa dia jadi bajak laut, dan juga lebih banyak penjelasan mengenai keluarganya (dengan bahasa nyelenehnya, jelas).
Tapi yang sebenernya bagus buat diikutin adalah character development dari Edward Kenway sendiri. Mungkin sikap ngawur dia gak pernah bener-bener berubah selama jalannya cerita, tapi ada satu hal yang kentara berubah.
Motif.
Awalnya, motivasi dia menjadi bajak laut adalah untuk mencari, meraup, merompak, dan menggrebek harta karun sebanyak-banyaknya. Yang penting, duit. Yang penting, kaya. Yang penting, makmur. Yang penting, hepi. Anggep aja, kek bajak laut tulen. Lagian, Edward Kenway itu bajak laut juga, toh?
Tapi kawan, seiring berjalannya cerita, Edward bermetamorfosis (shiet, bahasa tinggi) dari bajak laut awam menjadi seorang Assassin yang bertujuan mulia. Edward, yang awalnya hanya mikirin duit, money, dan semua benda yang berkilau, menjadi orang yang menentang penindasan, memperjuangkan kebebasan, dan melawan tirani. Yang awalnya berpikiran sempit menjadi memiliki perspektif luas.
Obviously, perubahan tersebut dibawa dengan wit dan charm yang dimiliki oleh seorang Edward Kenway. Gaya penulisan novel ini terlihat fresh, relatable, dan appealing. Meskipun Edward sendiri mengalami perubahan motif, dia, kek yang tadi gue bilang, gak mengalami perubahan karakter (yang drastis, seenggaknya). Dia masih punya sisi humor, sisi tengil, dan sisi kampungannya, bahkan setelah dia menjadi Assassin. Dan ini gue suka, karena dengan pembawaan macam ini, kita melihat character development yang baik tanpa melepaskan daya tarik yang kita suka dari Edward Kenway.
This, I like.
#2
And We Shall Sail Under the Black Flag
Sebagus-bagusnya sebuah premis, kalo delivery-nya amburadul, ya kacaulah ceritanya.
Lho gak, lu kira gue bakal bilang kalo pembawaan novel ini acakadut?
Oke, mungkin sedikit.
Game aslinya memilki orientasi yang lebih tinggi terhadap action dibandingkan stealth. Otomatis, bakal ada banyak adegan seru di gamenya. Bacok-bacokkan, bunuh-bunuhan, dan pedang-pedangan (don't take this the wrong way, guys).
Mengingat ini adalah sebuah novel yang didasari oleh game action tulen tersebut, jelas gak mungkin toh, novel ini menghilangkan unsur action yang terpatri ke gamenya?
Secara visual, adegan-adegan laga tidak terlalu susah untuk digambarkan. Tapi, secara verbal, menggambarkan adegan laga butuh usaha dan kejelian. Salah tulis, orang bingung cara bayangin adegan adu jotosnya. Siapa yang mukul, dipukul, yang giginya rontok, yang memar matanya, kalo gambarinnya meleset, ya jadinya gak jelas.
Dan di novel ini, kita mengandalkan seorang Edward Kenway, selaku narator, untuk menggambarkan secuplik perjalanan hidupnya (Oliver Bowden sih, tapi Kenway berperan sebagai pihak pencerita di sini).
And he is the one that made this book shine.
Ceritanya secara keseluruhan menarik, terutama bagian prolog dan epilog yang gak ada di gamenya. Pembawaan plot novel ini menurut gue runtut dan jelas. Tapi kadang-kadang, kalo terlalu runtut dan jelas, bisa menjadi monoton.
Maka, keluarlah fitur kedua dari novel ini, yaitu celetukan kampung khas Edward Kenway yang membuat peristiwa sekitarnya menjadi lebih menarik.
Entah kenapa, selalu ada aja selingan ngawur dan nyeleneh milik Edward Kenway terhadap peristiwa di sekitarnya. Ketika dia merompak, membunuh orang, menghunuskan hidden blade-nya ke dada orang, bahkan saat sedang mabok-mabokkan sama temen-temennya. Secara diam-diam, opini Kenway mengenai sekitarnya menggambarkan karakter Kenway, yaitu besar mulut (dan dia sendiri mengakuinya).
Soal action yang tak terhindarkan dari cerita novel ini, sebenernya seru juga, kalopun lu belom tau apa-apa tentang game-nya. Edward si bajak laut selain nyeleneh, juga memiliki indra tajam tentang sekitarnya (ya semua Assassin gitu juga, sih). Terbukti dari cara dia menggambarkan sebuah adegan laga dengan sangat detail dan rapi. Mulai dari dia menghindari bogem orang, sampe dia balik bogem orang itu, crystal-clear. Belum lagi, ada aja celetukan khas Edward Kenway, jadinya ada tuangan humor ke adegan seru itu. Nice.
Versi singkatnya, ini adalah Black Flag dari mata Kenway, and this, I like as well.
#3:
Lost in Translation
Apa yang tadi gue bilang tentang premis Black Flag yang diberantakin?
Sedikit?
Karena sebenarnya, novel Black Flag adalah novel yang baik apa adanya. Seperti yang tadi gue bilang, meskipun berorientasi action, adegan laga pada novel tersebut digambarkan dengan baik. Ada juga celetukan Edward Kenway yang unik dan menyentil, sehingga cerita novel memiliki warna khas.
Sebenarnya.
See, sebenarnya, dalam arti, novel yang sebenarnya. Dalam arti lain, novel yang asli. Dalam arti lain, novel dalam bahasa asalnya, bahasa Inggris.
Kan yang gue baca versi terjemahan bahasa Indonesia-nya.
Dalam transisinya ke bahasa Indonesia, novel ini ya gak bisa dibilang ancur-lebur. Jelas aja, soalnya gue masih ngerti apa yang sebenernya dibicarakan oleh novel ini.
Sayangnya, ada aja istilah-istilah yang gue gak mudeng, mau sejernih-jernih ataupun mau se-'you-don't-say'-nya penjelasan dari si Edward, kadang-kadang ya gue gak terlalu paham. Atau gue yang goblok. Ada aja adegan action yang gue gak terlalu nangkep, sehingga rada kabur di imajinasi gue.
Apa ini gara-gara penerjemahan yang kurang jago?
Partly.
Tapi coba kita liat dari sisi lain, yaitu the source material.
Gak perlu gue baca versi asli bahasa Inggrisnya, gue udah tau kalo ni buku memiliki tema bajak laut yang kental beudh. Saking kentalnya, kita orang Indonesia yang gak ngikutin bajak laut kek Blackbeard (yang kita kebanyakan tau cuman dari One Piece) (dan itupun jelas gak kek aslinya), ya gak tau apa-apa.
Nothing wrong with being original. With being authentic. Jelas, mengurangi unsur authenticity dari novel bajak laut ini sama saja dengan mengurangi salah satu daya tarik utama dari novel itu sendiri. Maka, gue punya saran terhadap kendala ini.
That is, make the details more accessible. Maksud gue, kasih penjelasan tentang dunia bajak laut yang sedang kita masukkin. Gambar, ato mungkin keterangan dari penulis, ato mungkin lebih implisit lagi, yaitu penjelasan langsung dari si Edward Kenway. Then again, ini sebenernya opsional, karena tanpa keberadaan hal ini pun, novel ini masih sangat layak dibaca.
But not perfect.
(+) - Tokoh utama dibuat likeable.
- Pembawaan cerita jauh dari membosankan.
- Latar belakang bajak laut yang authentic.
(-) - Terlalu authentic, kurang penjelasan, jadi agak susah dingertiin.
[COMMEND!!] -->> 93/100
Conlusion:
Bagi mereka yang udah main maupun belum main game aslinya yang mendasari novel ini, novel ini tetep patut dibaca. Pembawaan yang asik dan gak bertele-tele merupakan titik terang dari novel ini, dan nampaknya jauh melebihi latarnya yang kurang bisa dipahami.
Until the next post, bungs! :D
Obviously, perubahan tersebut dibawa dengan wit dan charm yang dimiliki oleh seorang Edward Kenway. Gaya penulisan novel ini terlihat fresh, relatable, dan appealing. Meskipun Edward sendiri mengalami perubahan motif, dia, kek yang tadi gue bilang, gak mengalami perubahan karakter (yang drastis, seenggaknya). Dia masih punya sisi humor, sisi tengil, dan sisi kampungannya, bahkan setelah dia menjadi Assassin. Dan ini gue suka, karena dengan pembawaan macam ini, kita melihat character development yang baik tanpa melepaskan daya tarik yang kita suka dari Edward Kenway.
This, I like.
#2
And We Shall Sail Under the Black Flag
Sebagus-bagusnya sebuah premis, kalo delivery-nya amburadul, ya kacaulah ceritanya.
Lho gak, lu kira gue bakal bilang kalo pembawaan novel ini acakadut?
Oke, mungkin sedikit.
Game aslinya memilki orientasi yang lebih tinggi terhadap action dibandingkan stealth. Otomatis, bakal ada banyak adegan seru di gamenya. Bacok-bacokkan, bunuh-bunuhan, dan pedang-pedangan (don't take this the wrong way, guys).
Mengingat ini adalah sebuah novel yang didasari oleh game action tulen tersebut, jelas gak mungkin toh, novel ini menghilangkan unsur action yang terpatri ke gamenya?
Gimana cara lu gambarin adegan ini? |
Secara visual, adegan-adegan laga tidak terlalu susah untuk digambarkan. Tapi, secara verbal, menggambarkan adegan laga butuh usaha dan kejelian. Salah tulis, orang bingung cara bayangin adegan adu jotosnya. Siapa yang mukul, dipukul, yang giginya rontok, yang memar matanya, kalo gambarinnya meleset, ya jadinya gak jelas.
Dan di novel ini, kita mengandalkan seorang Edward Kenway, selaku narator, untuk menggambarkan secuplik perjalanan hidupnya (Oliver Bowden sih, tapi Kenway berperan sebagai pihak pencerita di sini).
And he is the one that made this book shine.
Ceritanya secara keseluruhan menarik, terutama bagian prolog dan epilog yang gak ada di gamenya. Pembawaan plot novel ini menurut gue runtut dan jelas. Tapi kadang-kadang, kalo terlalu runtut dan jelas, bisa menjadi monoton.
Maka, keluarlah fitur kedua dari novel ini, yaitu celetukan kampung khas Edward Kenway yang membuat peristiwa sekitarnya menjadi lebih menarik.
Entah kenapa, selalu ada aja selingan ngawur dan nyeleneh milik Edward Kenway terhadap peristiwa di sekitarnya. Ketika dia merompak, membunuh orang, menghunuskan hidden blade-nya ke dada orang, bahkan saat sedang mabok-mabokkan sama temen-temennya. Secara diam-diam, opini Kenway mengenai sekitarnya menggambarkan karakter Kenway, yaitu besar mulut (dan dia sendiri mengakuinya).
Soal action yang tak terhindarkan dari cerita novel ini, sebenernya seru juga, kalopun lu belom tau apa-apa tentang game-nya. Edward si bajak laut selain nyeleneh, juga memiliki indra tajam tentang sekitarnya (ya semua Assassin gitu juga, sih). Terbukti dari cara dia menggambarkan sebuah adegan laga dengan sangat detail dan rapi. Mulai dari dia menghindari bogem orang, sampe dia balik bogem orang itu, crystal-clear. Belum lagi, ada aja celetukan khas Edward Kenway, jadinya ada tuangan humor ke adegan seru itu. Nice.
Versi singkatnya, ini adalah Black Flag dari mata Kenway, and this, I like as well.
#3:
Lost in Translation
Apa yang tadi gue bilang tentang premis Black Flag yang diberantakin?
Sedikit?
Karena sebenarnya, novel Black Flag adalah novel yang baik apa adanya. Seperti yang tadi gue bilang, meskipun berorientasi action, adegan laga pada novel tersebut digambarkan dengan baik. Ada juga celetukan Edward Kenway yang unik dan menyentil, sehingga cerita novel memiliki warna khas.
Sebenarnya.
See, sebenarnya, dalam arti, novel yang sebenarnya. Dalam arti lain, novel yang asli. Dalam arti lain, novel dalam bahasa asalnya, bahasa Inggris.
Kan yang gue baca versi terjemahan bahasa Indonesia-nya.
Dalam transisinya ke bahasa Indonesia, novel ini ya gak bisa dibilang ancur-lebur. Jelas aja, soalnya gue masih ngerti apa yang sebenernya dibicarakan oleh novel ini.
Sayangnya, ada aja istilah-istilah yang gue gak mudeng, mau sejernih-jernih ataupun mau se-'you-don't-say'-nya penjelasan dari si Edward, kadang-kadang ya gue gak terlalu paham. Atau gue yang goblok. Ada aja adegan action yang gue gak terlalu nangkep, sehingga rada kabur di imajinasi gue.
Apa ini gara-gara penerjemahan yang kurang jago?
Partly.
Tapi coba kita liat dari sisi lain, yaitu the source material.
Gak perlu gue baca versi asli bahasa Inggrisnya, gue udah tau kalo ni buku memiliki tema bajak laut yang kental beudh. Saking kentalnya, kita orang Indonesia yang gak ngikutin bajak laut kek Blackbeard (yang kita kebanyakan tau cuman dari One Piece) (dan itupun jelas gak kek aslinya), ya gak tau apa-apa.
Nothing wrong with being original. With being authentic. Jelas, mengurangi unsur authenticity dari novel bajak laut ini sama saja dengan mengurangi salah satu daya tarik utama dari novel itu sendiri. Maka, gue punya saran terhadap kendala ini.
That is, make the details more accessible. Maksud gue, kasih penjelasan tentang dunia bajak laut yang sedang kita masukkin. Gambar, ato mungkin keterangan dari penulis, ato mungkin lebih implisit lagi, yaitu penjelasan langsung dari si Edward Kenway. Then again, ini sebenernya opsional, karena tanpa keberadaan hal ini pun, novel ini masih sangat layak dibaca.
But not perfect.
(+) - Tokoh utama dibuat likeable.
- Pembawaan cerita jauh dari membosankan.
- Latar belakang bajak laut yang authentic.
(-) - Terlalu authentic, kurang penjelasan, jadi agak susah dingertiin.
[COMMEND!!] -->> 93/100
Conlusion:
Bagi mereka yang udah main maupun belum main game aslinya yang mendasari novel ini, novel ini tetep patut dibaca. Pembawaan yang asik dan gak bertele-tele merupakan titik terang dari novel ini, dan nampaknya jauh melebihi latarnya yang kurang bisa dipahami.
Until the next post, bungs! :D