Sorry.
Sori kenapa?
Bagi yang belom tau, di post gue yang terakhir, gue terlalu triggered sama sebuah video random di YouTube sampe gue lupa ngucapin sesuatu yang wajib diucapin minimal setaon sekali.
Telat lebih dari 3 minggu, tapi gapapa lah.
Ah, pura-pura aja gue ini, jelas ada apa-apa-nya, lah.
Kalo udah kek gitu, gue kedengeran kek orang yang ketiduran pas countdown tahun baru dan baru tereak-tereak "'Met tahun baru semuanya!" jam 10 pagi, di saat semua orang udah balik lagi ke kehidupan mereka. Gak semua orang, sih. Contoh nyata? Gue.
Anyways, sekarang adalah tahun 2017, yang berarti tahun lalu adalah tahun 2016 (you don't say?), dan kayaknya gue belom pernah ngelakuin beginian sebelomnya, jadi apa salahnya gue lakuin sekarang.
Itulah yang gue bilang sebelom gue memutuskan untuk nyoba gerakan keep up di kelas senam lantai gue, yang berujung ke kepala gue mantul di lantai. Seenggaknya, itulah yang temen-temen gue bilang waktu itu.
Gue mau ngapain, 'mangnya?
Gue mau ngulas tahun 2016.
Tau sendirilah, banyak bener yang terjadi taon lalu, ada yang bagus, yang jelek juga ada. Mau gimanapun, tahun lalu kata gue merupakan taon yang terbilang menarik, saking menariknya sampe gue harus menyeret diri gue sendiri buat bikin satu post didedikasikan buat taon tersebut.
Sebelom kita mulai, gue mau bilang kalo event-event yang secara pribadi gue anggep menarik. Ato, gue entah kenapa tertarik buat ngikutin event tersebut. Mungkin peristiwa itu sekilas gak penting buat orang kebanyakan, tapi gue anggep penting dan 'kena'. Begitu juga sebaliknya.
Jadi mau semantep gimanapun peristiwa Brexit juga, gue gak bakal taro di sini soalnya... ya gue gak menganggep peristiwa tersebut bener-bener kena ke gue. Ato gue anggep gak penting. Oke, that came out wrong. Then again, peristiwa ini gue sebutin juga di post ini karena gue tau bagi orang banyak ni peristiwa mengena banget. Honorable mention lah, istilahnya.
Yaudah, gece, kita kelarin review yang satu ini.
Make America Great Again
Gak terasa, masa jabatan presiden Amerika udah kelar.
Yep, beberapa bulan lalu, negara adidaya terbesar (dan ter-rakus, tergantung sikon) dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka harus memilih pemimpin baru.
Masa Barack "Roastmaster" Obama berakhir.
Mau gimanapun kekhilafan dan kemantepan yang dilakukan oleh Obama ini selama dia jadi presiden, yang pasti, orang bakal kangen bener sama ni orang. Seenggaknya, menurut komen-komen yang gue temuin di YouTube. Orang bakal kangen sama kepribadian-nya yang down to earth, citra family guy-nya kuat bener, dan tentu saja, kepiawaiannya dalam meng-mak-jleb lawan-lawannya.
Makanya gue kasih dia gelar "Roastmaster". Kalo dia emang kebetulan jago bakar-membakar dan goreng-menggoreng makanan, makin klop-lah gelar itu.
Setelah dia kelar, Oval Office Gedung Putih akan jatuh ke satu dari dua orang.
Hillary "Bond Villain" Clinton dan Donald "Bad Hair Day Everyday" Trump.
Setelah pertarungan yang panjang yang intens, seru, dan terkadang kocak juga (tengok aja debat mereka, entah kenapa gue menganggap debat cagub DKI Jakarta lebih serius), kursi kepresidenan Amerika Serikat jatoh ke
Bernie Sanders.
Yeah, I wish.
Donald Trump.
Belom pernah gue ngeliat perpecahan pendapat segede ini sebelumnya di sosmed. Sosmed sono, maksudnya. Kalo di sini mah, gak ada yang pingin Trump naik. Kayaknya.
Begitu ketauan Trump bakalan jadi presiden ke-45 Amerika Serikat, sosmed langsung pecah dengan banyaknya orang yang kecewa, sedih, nangis, dan dongkol ketika si Trump jadi presiden. Gue tau yang dukung Trump banyak juga, tapi sejauh ini gue lebih banyak ngeliat selebriti nge-tweet kekecewaan mereka dibandingkan dengan kepuasan mereka ketika Trump naik.
Misalnya, Chris "Captain America" Evans.
Chris bilang... ah sudahlah, liat aja gambarnya.
Ah, sudahlah. Dia udah naik. Udah disesah, pula. Mau gimana lagi?
Say what you will about this guy, but one thing for sure,
Donald Trump adalah salah satu contoh nyata dari istilah
"Where there's will, there's way."
Terjemahannya,
Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Sound familiar?
Tu quotes sangat gencar di film-film drama, dokumenter motivasi, dan acara-acara yang melibatkan Mario Teguh.
Hohoho, lo kira cuman orang baik doang yang bisa menerapkan pepatah di atas?
Alkisah, ketika gue denger tentang si Trump ini mau nyalonin diri jadi presiden beberapa bulan sebelom pilpres, gue bener-bener gak percaya. Ayolah, masa' seorang businessman yang gak punya pengalaman politik sama sekali dan gak punya kerjaan selain jadi orang kaya mau jadi presiden? Itulah kata gue waktu itu. Temen-temen gue di Malang juga senada, ngatain si Trump ini gendeng.
Belom lagi kebijakan dia mau bikin tembok segede The Wall-nya Game of Thrones, trus suruh negara tetangga bayar?
What in the actual hell, man?
Fast forward beberapa bulan kemudian, gue udah kuliah, dan gue denger si Trump dan si Hillary lagi perang menuju Gedung Putih. Instantly, gue langsung mikir, "Ah, orang Amerika gak goblok, pasti mereka tau Hillary yang lebih baik." Siapapun selain manusia berambut amburadul itu, lah.
Dan gue salah.
8 November 2016, pemenangnya udah ditentukan.
Against all odds, bukannya si wanita yang menang.
Simpel aja, kata gue banyak orang milih Trump bukan karena Trump ini lebih sabi, lebih pinter, ato bahkan lebih mampu dari Obama. Nope. Mereka milih Trump karena mereka gak suka Hillary. Mereka udah tau khilafnya Hillary di masa lampau. Mana mau mereka dipimpin sama orang yang gak bisa bedain email negara sama email pribadi?
Banyak orang yang gak pingin Trump menang.
Tapi toh, dia menang juga.
Nah sekarang,
dengan si Trump ini udah legit jadi presiden salah satu negara terbesar di dunia,
gimana sejauh ini?
Pelantikan Trump kiri, Pelantikan Obama kanan. Just sayin'. |
Yah, pas dia dilantik jadi presiden 20 Januari lalu,
rusuh serentak dimana-mana.
Bahkan, menurut Sanji temen gue yang college di sono, demo lumayan gede dan rusuh di daerah San Fransisco. Warga setempat banyak yang jadi korban penyerangan, dan bahkan orang Asia pun dijadikan sasaran serang juga. To be honest, kalo si Sanji ini diserang juga, gue lebih takut buat yang nyerang dia daripada dia sendiri.
Gimana sejauh ini?
Entahlah, menurut lo gimana?
Rest in Peace, Guys and Girls
SPOILER ALERT!
Gue bakal tewas.
Dan lo pada juga.
Kapan? Dimana? Gimana?
Itu dia.
Tiap taon pasti ada aja orang terkenal yang meninggal, tapi entah kenapa, gue ngerasa ini adalah taon yang zonk buat para selebriti. Bukan karena banyak dari mereka yang terlibat skandal dan teman-temannya, tapi gegara banyak seleb yang meninggal taon lalu.
Mulai dari David Bowie si penyanyi nyentrik tulen, Alan "Snape" Rickman, Muhammad "The Black Superman" Ali, sampe terakhir mama-anak Debbie Reynolds dan Carrie Fisher.
Anggep aja, banyak yang berduka taon ini. Fans Harry Potter lah, fans Star Wars lah, fans musik, fans ini, fans itu, banyak bener yang baper taon ini. Misalnya Sanji yang penggemar Harry Potter paling terpukul dengan meninggalnya Alan Rickman. Ato temen-temen gue yang feminis sedih dengan meninggalnya Carrie Fisher.
Mungkin lo bertanya, "Mo, lo gak sedih sama satu pun orang terkenal yang meninggal taon ini?"
Mungkin gue sedih sama meninggalnya Carrie Fisher. Gue sendiri adalah seorang penggemar Star Wars yang, meskipun tingkatnya sangat casual dibandingin sama mereka-mereka yang udah masuk ke novel, komik, dan serial TV *ehm Clone Wars ehm* sampingan saga sci-fi tersebut. Nope, gue filmnya aja udah cukup.
Mungkin gue sedih sama ilangnya Princess Leia gara-gara gue pernah ngeliat dia idup, dan dia bener-bener seger pas dia idup. Pas dia udah tua pun, dia masih punya that charm yang ada di dia pas jaman-jamannya dia masih punya rambut kunciran donat. Itu, dan gue yang baru sadar kalo Leia jauh dari cliche damsel in distress yang ngetrend dari dulu sampe sekarang. Salah satu dari sedikit contoh pertama dari strong female character. Mungkin itu juga yang bikin dia jadi salah satu tokoh gerakan feminisme.
Mungkin.
Tapi kematian yang paling ngena ke gue taon lalu bukan datang dari dunia perfilman.
Dunia sepak bola.
Meninggalnya Johan Cruyff emang menyedihkan, tapi ada satu lagi yang bakal bikin Johan Cruyff nangis juga.
Para penggemar bola yang baca pasti tau, dong.
Dimulai dari tanggal 28 November 2016.
Sebuah pesawat mengalami kecelakaan di dekat Medelin, Colombia. 71 orang tewas, 6 orang selamat.
Isi pesawat tersebut?
Sebuah klub sepak bola.
Chapecoense namanya.
Backstory kecelakaan ini bikin sederetan kematian ini tambah miris, sebenernya.
Mereka terbang ke Colombia buat ngadepin Atletico Nacional dalam rangka laga final Copa Sudamericana. Laga ini adalah pertama kalinya mereka nyampe final, setelah taon sebelomnya terhenti di perempat final dan gak ikut taon-taon sebelomnya. Laga ini dianggep sebagai laga yang paling spektakuler yang pernah mereka jalanin dalam sejarah klub.
Gue cuman bisa ngebayangin seberapa senengnya mereka pas terbang ke Colombia. Seberapa seneng pendukung mereka, seberapa seneng juga keluarga yang di rumah nungguin mereka buat tanding, dan seberapa seneng juga temen-temen mereka yang bela-belain pulang kerja cepet demi nontonin mereka tanding.
Then, shit happened.
Bodo amat dengan kenyataan kalo mereka ini adalah klub kecil yang bahkan kita gak tau ada sampe insiden ini kejadian. Come on man, ini adalah satu-satunya kesempatan mereka buat meraih sebuah kehormatan, sebuah gelar, dan sebuah kebanggaan seumur-umur klub itu berdiri, and then this?
Gue hampir bisa relate. Gampang, bayangin aja kalo isi pesawat itu pemain Chelsea.
Setelah berita beredar, dunia sepak bola pun berbelasungkawa, dengan banyaknya pemain bola top kek model part-time Cristiano Ronaldo turut mengungkapkan belasungkawanya untuk para pemain Chapecoense.
Gimana dengan 6 orang selamat tadi?
3 diantaranya adalah pemain Chapecoense: Alan Ruschel, Jakson Follman, dan Neto.
Alan mengalami cedera di punggung dan sudah dioperasi, sekarang lagi masa penyembuhan. Mestinya.
Follman mengalami luka parah dan berujung pada satu kakinya harus diamputasi. Kecuali dia mau ikut paralimpik, Follman gak bakalan bisa main bola profesional lagi.
Neto pun sudah dioperasi sejak kecelakaan tersebut dan dilaporkan bisa bermain sepak bola lagi untuk kedepannya.
Setelah kecelakaan tersebut, gimana nasib mereka di kejuaraan tersebut?
Lawan mereka, Atletico Nacional, langsung mundur dari babak final tersebut, menyebabkan gelar juara otomatis langsung jatuh ke Chapecoense.
For that, sirs, you have my utmost respect.
Gue baper (dan percaya sama gue kalo gue bilang gue jarang baper) pas ketiga penyintas kecelakaan tersebut diarak ke stadion dan dihadiahi piala Copa Sudamericana di depan para pendukung dan penonton yang nyorakin mereka tanpa akhir.
That my friends, is the ultimate bittersweet ending.
Buat kalian pemain yang udah di tempat yang lebih baik di atas sana maupun yang masih di bawah,
Keep on playing the beautiful game, wherever you may be.
Buat semua yang masih idup sampe sekarang kalian baca ini,
dan gue ngutip Avicii,
Live a life you will remember.
Buat semua yang udah ninggalin kita tahun lalu,
Rest in peace, guys and girls.
A Real American Hero
Actually, selain dari jiwa-jiwa yang udah ninggalin kita taon lalu, ada satu yang menonjol.
Menariknya, satu jiwa ini bukan berasal dari orang biasa.
Actually, scratch that, jiwa ini bukan berasal dari orang.
Hohoho, para warga internet udah langsung tau gue bakal ngebahas siapa.
Seekor Western lowland gorilla dari Cincinnati Zoo, America Serikat.
Kalo dia punya ekor, that is.
Apa kerjaan gorila ini, sampe dia dipuja-puja bak pahlawan nasional, diarak bak martir, dan bahkan punya suara di pilpres Amrik? (yep, ada yang legit memilih seekor gorila koid untuk jadi presiden salah satu negara terbesar di dunia)
Apakah dia menghajar penebang ilegal hutan tempat dia tinggal?
Tidak.
Apakah dia menyelamatkan seorang bocah dari serangan harimau?
Nope?
Apakah dia membantu mendirikan bendera Amerika Serikat di Capitol Hill?
Hell naw!
Trus dia ngapain?
Get this, bungs.
Dia ditembak mati. Di sarang dia sendiri.
That's it.
Ayolah, pasti ada jauh lebih banyak penjelasan dari sekadar 2 kalimat, 7 kata, dan 33 kata, kan?
Pada tanggal 28 Mei 2016, Cincinnati Zoo, seperti hari-hari lainnya, dibuka untuk umum. Harambe pun juga ber-kebun-binatang ria seperti biasanya, di kandangnya, diliatin dan ditontonin oleh para pengunjung.
Kemudian, pada jam 4 sore waktu setempat, shappened (shit happened).
Dari sekian banyaknya pengunjung yang datengin kandang Harambe adalah seorang ibu yang membawa anak kecil berusia 3 tahun.
Nah, sampe sini, gue gak mau kekhilafan tingkat apa yang menyebabkan ibu ini kelupaan buat ngawasin anaknya sehingga anak kecil tersebut sempet
manjat pager setinggi 3 meter,
nyelinep ngelewatin semak sepanjang 1,2 meter, lalu
jatoh ke dalam kandang Harambe.
Menurut Wiki (dari semua sumber terpercaya gue pilih wiki, yep), that very moment anak kecil tersebut jatoh ke kandang Harambe, pihak kebun binatang langsung mengisyaratkan semua gorila di kandang tersebut untuk langsung masuk ke tempat mereka masing-masing. Semua gorila pun nurut.
Semua kecuali--you guessed it--Harambe.
Menurut laporan saksi mata, Harambe nyamperin anak kecil malang itu (yang gue anggep lebih malang lagi punya nyokap sekhilaf itu), lalu ngebawa anak itu ke tur singkat kandang dia. Lebih tepatnya, nyeret bocah itu. Not to worry though, dia diseret di parit berisi air dalam kandang tersebut.
Untuk beberapa menit selanjutnya terdapat interaksi antara Harambe dengan bocah tersebut, antara lain
1) mendirikan bocah tersebut ketika dia duduk,
2) mendudukkan bocah tersebut ketika dia berdiri, dan
3) membantu naikin bocah tersebut ke daerah di luar parit yang kering.
Mau dipikir juga, sebenernya interaksi antara bocah ini dengan Harambe tidak mengandung unsur bahaya, intens, atau bahkan resiko sekalipun. Okelah kalo Harambe beresiko ngapa-ngapain bocah tersebut, but come on man, kita semua tau gorila gak makan orang.
Yang ada, interaksi Harambe dengan anak kecil tersebut punya unsur kemiripan dengan interaksi antara si bayi dengan si gorila dari film Baby's Day Out. Itu loh, yang seorang bayi merangkak keliling New York City tanpa sadar kalo dia udah bikin kedua orang tuanya kalap setengah idup.
Bedanya, bayi di film tersebut nyasar ke kandang gorila pas kebun binatang udah ditutup.
Ini malah lagi peak hours.
Walhasil, bejibunnya penonton kandang gorila tersebut udah teriak-teriak panik bukan main. Apalagi nyokapnya anak tersebut, yang gue yakin teriak paling kenceng. Numpuknya ribut yang dihasilkan oleh para pengunjung bikin Harambe puyeng dan, ehm, 'disorientasi', menurut Los Angeles Times.
Di tengah kepanikan tingkat gendeng tersebut, di tengah interaksi yang mendalam (?) antara Harambe dengan bocah tersebut, tiba-tiba
shots fired.
Literally.
Anak kecil tersebut sedang berada di antara kedua kaki Harambe ketika peluru mengenai gorila silverback tersebut.
Dan gugurlah Harambe
satu hari setelah ulang tahunnya yang ke-17.
The rest is history, kata gue.
Setelah peristiwa tersebut, meledaklah Harambe di media sosial. Netizen beramai-ramai membuat meme terkait dengan Harambe, memuja-muja dia bak pahlawan, membuat hashtag sebagai rasa empati dan solidaritas dengan gorila tersebut. Saking gilanya ledakan meme Harambe tersebut, sampe dia didaulat menjadi salah satu capres Amerika Serikat.
Seakan-akan dia udah jadi manusia.
Then again, ini adalah Amerika Serikat, jadi mestinya kita gak terlalu kaget kalo mereka menangisi kematian seekor gorila lebih dari kematian sesama manusia.
My thoughts on this?
Harambe gak salah.
Ya gak mungkin juga sih nyalahin dia, mengingat dia bukan orang juga.
Bocah tersebut juga gak salah.
Toh dia masih terlalu kecil buat tau kalo kandang gorila itu untuk, ya, gorila.
Staf kebun binatang yang membunuh Harambe juga gak sepenuhnya salah.
I mean, emang dia yang mengakhiri hidup Harambe, tapi gue tau kalo dia hampir gak punya pilihan dalam situasi tersebut.
Peluru bius?
Peluru bius didaulat gak bakalan mempan terhadap Harambe yang berbobot 200 kilogram. Malahan, bius tersebut bisa bikin Harambe kalap, lalu marah, lalu mulai ngelakuin yang enggak-enggak.
Gue, dan banyak banget netizen lainnya menuduh
nyokapnya anak kecil tersebut.
Nyokap macam apa yang membiarkan anaknya keluyuran ngelewatin halang-rintang sampe dia nyungsep ke kandang gorila segede itu?
Niat ngasuh anak gak, sih?
Coba lo lebih hat-hati.
Anak lo gak bakal nyasar ke kandang Harambe,
Harambe gak bakal nyamperin anak lo,
kepanikan gak bakal terjadi,
dan terpenting,
Harambe gak bakal tewas.
Untung Harambe. Kalo itu kandang buaya gimana? Bukan kandang buaya pun, lo udah naro resiko cedera / luka luar biasa gede ke anak lo.
Udah gitu, lo baru aja memaksa staf kebun binatang buat mencabut nyawa salah satu binatang peliharaan berharga mereka. Asal tau, spesies gorila Harambe, western lowland gorila atau gorilla gorilla gorilla (yep, gak becanda gue) udah didaulat sebagai salah satu jenis satwa liar yang critically endangered atau udah terancam punah tingkat tulen.
In other words, gorila di dunia ini udah tinggal dikit, dan berkurang satu lagi gara-gara kekhilafan lo. Gorila ini udah aman di kebun binatang tersebut, tapi mereka bisa-bisanya tewas dalam tempat yang aman.
Gara-gara lo.
Anyways, rupanya warisan yang ditinggalkan Harambe gak berhenti di tahun 2016 doang. Tahun ini, menurut Lemmino, bakalan ada film terinspirasi oleh peristiwa Harambe, dalam bentuk biopic.
Nampaknya post ini jauh lebih panjang dari yang gue kira. Udah nyampe segini sebenernya udah panjang banget, dan masih ada *spoilers* 4 event lagi yang mau gue ulas.
Jadi, sayangnya (ato untungnya), gue harus sekiankan post ini sampe di sini aja.
Penasaran sama 4 yang lain?
Stay tuned,
and don't forget,
until the next post, bungs! :D
David Bowie. |
SPOILER ALERT!
Gue bakal tewas.
Dan lo pada juga.
Kapan? Dimana? Gimana?
Itu dia.
Tiap taon pasti ada aja orang terkenal yang meninggal, tapi entah kenapa, gue ngerasa ini adalah taon yang zonk buat para selebriti. Bukan karena banyak dari mereka yang terlibat skandal dan teman-temannya, tapi gegara banyak seleb yang meninggal taon lalu.
Mulai dari David Bowie si penyanyi nyentrik tulen, Alan "Snape" Rickman, Muhammad "The Black Superman" Ali, sampe terakhir mama-anak Debbie Reynolds dan Carrie Fisher.
Alan Rickman. |
Anggep aja, banyak yang berduka taon ini. Fans Harry Potter lah, fans Star Wars lah, fans musik, fans ini, fans itu, banyak bener yang baper taon ini. Misalnya Sanji yang penggemar Harry Potter paling terpukul dengan meninggalnya Alan Rickman. Ato temen-temen gue yang feminis sedih dengan meninggalnya Carrie Fisher.
Mungkin lo bertanya, "Mo, lo gak sedih sama satu pun orang terkenal yang meninggal taon ini?"
Mungkin gue sedih sama meninggalnya Carrie Fisher. Gue sendiri adalah seorang penggemar Star Wars yang, meskipun tingkatnya sangat casual dibandingin sama mereka-mereka yang udah masuk ke novel, komik, dan serial TV *ehm Clone Wars ehm* sampingan saga sci-fi tersebut. Nope, gue filmnya aja udah cukup.
Princess Leia yang diperankan oleh Carrie Fisher. |
Mungkin gue sedih sama ilangnya Princess Leia gara-gara gue pernah ngeliat dia idup, dan dia bener-bener seger pas dia idup. Pas dia udah tua pun, dia masih punya that charm yang ada di dia pas jaman-jamannya dia masih punya rambut kunciran donat. Itu, dan gue yang baru sadar kalo Leia jauh dari cliche damsel in distress yang ngetrend dari dulu sampe sekarang. Salah satu dari sedikit contoh pertama dari strong female character. Mungkin itu juga yang bikin dia jadi salah satu tokoh gerakan feminisme.
Mungkin.
Tapi kematian yang paling ngena ke gue taon lalu bukan datang dari dunia perfilman.
Dunia sepak bola.
Meninggalnya Johan Cruyff emang menyedihkan, tapi ada satu lagi yang bakal bikin Johan Cruyff nangis juga.
Para penggemar bola yang baca pasti tau, dong.
Dimulai dari tanggal 28 November 2016.
Sebuah pesawat mengalami kecelakaan di dekat Medelin, Colombia. 71 orang tewas, 6 orang selamat.
ni Chapecoense. |
Isi pesawat tersebut?
Sebuah klub sepak bola.
Chapecoense namanya.
Backstory kecelakaan ini bikin sederetan kematian ini tambah miris, sebenernya.
Mereka terbang ke Colombia buat ngadepin Atletico Nacional dalam rangka laga final Copa Sudamericana. Laga ini adalah pertama kalinya mereka nyampe final, setelah taon sebelomnya terhenti di perempat final dan gak ikut taon-taon sebelomnya. Laga ini dianggep sebagai laga yang paling spektakuler yang pernah mereka jalanin dalam sejarah klub.
Gue cuman bisa ngebayangin seberapa senengnya mereka pas terbang ke Colombia. Seberapa seneng pendukung mereka, seberapa seneng juga keluarga yang di rumah nungguin mereka buat tanding, dan seberapa seneng juga temen-temen mereka yang bela-belain pulang kerja cepet demi nontonin mereka tanding.
Then, shit happened.
Bodo amat dengan kenyataan kalo mereka ini adalah klub kecil yang bahkan kita gak tau ada sampe insiden ini kejadian. Come on man, ini adalah satu-satunya kesempatan mereka buat meraih sebuah kehormatan, sebuah gelar, dan sebuah kebanggaan seumur-umur klub itu berdiri, and then this?
Gue hampir bisa relate. Gampang, bayangin aja kalo isi pesawat itu pemain Chelsea.
Setelah berita beredar, dunia sepak bola pun berbelasungkawa, dengan banyaknya pemain bola top kek model part-time Cristiano Ronaldo turut mengungkapkan belasungkawanya untuk para pemain Chapecoense.
Gimana dengan 6 orang selamat tadi?
3 diantaranya adalah pemain Chapecoense: Alan Ruschel, Jakson Follman, dan Neto.
Alan mengalami cedera di punggung dan sudah dioperasi, sekarang lagi masa penyembuhan. Mestinya.
Follman mengalami luka parah dan berujung pada satu kakinya harus diamputasi. Kecuali dia mau ikut paralimpik, Follman gak bakalan bisa main bola profesional lagi.
Neto pun sudah dioperasi sejak kecelakaan tersebut dan dilaporkan bisa bermain sepak bola lagi untuk kedepannya.
Pemain yng selamat diarak ke stadion untuk menerima piala mereka. |
Setelah kecelakaan tersebut, gimana nasib mereka di kejuaraan tersebut?
Lawan mereka, Atletico Nacional, langsung mundur dari babak final tersebut, menyebabkan gelar juara otomatis langsung jatuh ke Chapecoense.
For that, sirs, you have my utmost respect.
Gue baper (dan percaya sama gue kalo gue bilang gue jarang baper) pas ketiga penyintas kecelakaan tersebut diarak ke stadion dan dihadiahi piala Copa Sudamericana di depan para pendukung dan penonton yang nyorakin mereka tanpa akhir.
That my friends, is the ultimate bittersweet ending.
Buat kalian pemain yang udah di tempat yang lebih baik di atas sana maupun yang masih di bawah,
Keep on playing the beautiful game, wherever you may be.
Buat semua yang masih idup sampe sekarang kalian baca ini,
dan gue ngutip Avicii,
Live a life you will remember.
Buat semua yang udah ninggalin kita tahun lalu,
Rest in peace, guys and girls.
A Real American Hero
Actually, selain dari jiwa-jiwa yang udah ninggalin kita taon lalu, ada satu yang menonjol.
Menariknya, satu jiwa ini bukan berasal dari orang biasa.
Actually, scratch that, jiwa ini bukan berasal dari orang.
Hohoho, para warga internet udah langsung tau gue bakal ngebahas siapa.
Harambe.
Kalo dia punya ekor, that is.
Apa kerjaan gorila ini, sampe dia dipuja-puja bak pahlawan nasional, diarak bak martir, dan bahkan punya suara di pilpres Amrik? (yep, ada yang legit memilih seekor gorila koid untuk jadi presiden salah satu negara terbesar di dunia)
Apakah dia menghajar penebang ilegal hutan tempat dia tinggal?
Tidak.
Apakah dia menyelamatkan seorang bocah dari serangan harimau?
Nope?
Apakah dia membantu mendirikan bendera Amerika Serikat di Capitol Hill?
Hell naw!
Trus dia ngapain?
Get this, bungs.
Dia ditembak mati. Di sarang dia sendiri.
That's it.
Ayolah, pasti ada jauh lebih banyak penjelasan dari sekadar 2 kalimat, 7 kata, dan 33 kata, kan?
Pada tanggal 28 Mei 2016, Cincinnati Zoo, seperti hari-hari lainnya, dibuka untuk umum. Harambe pun juga ber-kebun-binatang ria seperti biasanya, di kandangnya, diliatin dan ditontonin oleh para pengunjung.
Kemudian, pada jam 4 sore waktu setempat, shappened (shit happened).
Dari sekian banyaknya pengunjung yang datengin kandang Harambe adalah seorang ibu yang membawa anak kecil berusia 3 tahun.
Nah, sampe sini, gue gak mau kekhilafan tingkat apa yang menyebabkan ibu ini kelupaan buat ngawasin anaknya sehingga anak kecil tersebut sempet
manjat pager setinggi 3 meter,
nyelinep ngelewatin semak sepanjang 1,2 meter, lalu
jatoh ke dalam kandang Harambe.
Menurut Wiki (dari semua sumber terpercaya gue pilih wiki, yep), that very moment anak kecil tersebut jatoh ke kandang Harambe, pihak kebun binatang langsung mengisyaratkan semua gorila di kandang tersebut untuk langsung masuk ke tempat mereka masing-masing. Semua gorila pun nurut.
Semua kecuali--you guessed it--Harambe.
Menurut laporan saksi mata, Harambe nyamperin anak kecil malang itu (yang gue anggep lebih malang lagi punya nyokap sekhilaf itu), lalu ngebawa anak itu ke tur singkat kandang dia. Lebih tepatnya, nyeret bocah itu. Not to worry though, dia diseret di parit berisi air dalam kandang tersebut.
Untuk beberapa menit selanjutnya terdapat interaksi antara Harambe dengan bocah tersebut, antara lain
1) mendirikan bocah tersebut ketika dia duduk,
2) mendudukkan bocah tersebut ketika dia berdiri, dan
3) membantu naikin bocah tersebut ke daerah di luar parit yang kering.
Mau dipikir juga, sebenernya interaksi antara bocah ini dengan Harambe tidak mengandung unsur bahaya, intens, atau bahkan resiko sekalipun. Okelah kalo Harambe beresiko ngapa-ngapain bocah tersebut, but come on man, kita semua tau gorila gak makan orang.
Look familiar? |
Yang ada, interaksi Harambe dengan anak kecil tersebut punya unsur kemiripan dengan interaksi antara si bayi dengan si gorila dari film Baby's Day Out. Itu loh, yang seorang bayi merangkak keliling New York City tanpa sadar kalo dia udah bikin kedua orang tuanya kalap setengah idup.
Bedanya, bayi di film tersebut nyasar ke kandang gorila pas kebun binatang udah ditutup.
Ini malah lagi peak hours.
Walhasil, bejibunnya penonton kandang gorila tersebut udah teriak-teriak panik bukan main. Apalagi nyokapnya anak tersebut, yang gue yakin teriak paling kenceng. Numpuknya ribut yang dihasilkan oleh para pengunjung bikin Harambe puyeng dan, ehm, 'disorientasi', menurut Los Angeles Times.
Di tengah kepanikan tingkat gendeng tersebut, di tengah interaksi yang mendalam (?) antara Harambe dengan bocah tersebut, tiba-tiba
shots fired.
Literally.
Anak kecil tersebut sedang berada di antara kedua kaki Harambe ketika peluru mengenai gorila silverback tersebut.
Dan gugurlah Harambe
satu hari setelah ulang tahunnya yang ke-17.
The rest is history, kata gue.
'Nuff said. |
Setelah peristiwa tersebut, meledaklah Harambe di media sosial. Netizen beramai-ramai membuat meme terkait dengan Harambe, memuja-muja dia bak pahlawan, membuat hashtag sebagai rasa empati dan solidaritas dengan gorila tersebut. Saking gilanya ledakan meme Harambe tersebut, sampe dia didaulat menjadi salah satu capres Amerika Serikat.
Seakan-akan dia udah jadi manusia.
Then again, ini adalah Amerika Serikat, jadi mestinya kita gak terlalu kaget kalo mereka menangisi kematian seekor gorila lebih dari kematian sesama manusia.
My thoughts on this?
Harambe gak salah.
Ya gak mungkin juga sih nyalahin dia, mengingat dia bukan orang juga.
Bocah tersebut juga gak salah.
Toh dia masih terlalu kecil buat tau kalo kandang gorila itu untuk, ya, gorila.
Staf kebun binatang yang membunuh Harambe juga gak sepenuhnya salah.
I mean, emang dia yang mengakhiri hidup Harambe, tapi gue tau kalo dia hampir gak punya pilihan dalam situasi tersebut.
Peluru bius?
Peluru bius didaulat gak bakalan mempan terhadap Harambe yang berbobot 200 kilogram. Malahan, bius tersebut bisa bikin Harambe kalap, lalu marah, lalu mulai ngelakuin yang enggak-enggak.
Gue, dan banyak banget netizen lainnya menuduh
nyokapnya anak kecil tersebut.
Nyokap macam apa yang membiarkan anaknya keluyuran ngelewatin halang-rintang sampe dia nyungsep ke kandang gorila segede itu?
BOOM. |
Niat ngasuh anak gak, sih?
Coba lo lebih hat-hati.
Anak lo gak bakal nyasar ke kandang Harambe,
Harambe gak bakal nyamperin anak lo,
kepanikan gak bakal terjadi,
dan terpenting,
Harambe gak bakal tewas.
Untung Harambe. Kalo itu kandang buaya gimana? Bukan kandang buaya pun, lo udah naro resiko cedera / luka luar biasa gede ke anak lo.
Udah gitu, lo baru aja memaksa staf kebun binatang buat mencabut nyawa salah satu binatang peliharaan berharga mereka. Asal tau, spesies gorila Harambe, western lowland gorila atau gorilla gorilla gorilla (yep, gak becanda gue) udah didaulat sebagai salah satu jenis satwa liar yang critically endangered atau udah terancam punah tingkat tulen.
In other words, gorila di dunia ini udah tinggal dikit, dan berkurang satu lagi gara-gara kekhilafan lo. Gorila ini udah aman di kebun binatang tersebut, tapi mereka bisa-bisanya tewas dalam tempat yang aman.
Gara-gara lo.
Anyways, rupanya warisan yang ditinggalkan Harambe gak berhenti di tahun 2016 doang. Tahun ini, menurut Lemmino, bakalan ada film terinspirasi oleh peristiwa Harambe, dalam bentuk biopic.
Nampaknya post ini jauh lebih panjang dari yang gue kira. Udah nyampe segini sebenernya udah panjang banget, dan masih ada *spoilers* 4 event lagi yang mau gue ulas.
Jadi, sayangnya (ato untungnya), gue harus sekiankan post ini sampe di sini aja.
Penasaran sama 4 yang lain?
Stay tuned,
and don't forget,
until the next post, bungs! :D
"hell naw!" emezing.
ReplyDelete